LAPORAN
PRAKTIKUM
MIKROTEKNIK
TUMBUHAN
PERCOBAAN I
PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE
PARAFIN
NAMA : ASTRID SAFIRA IDHAM
NIM : H411 13 341
KELOMPOK : VII (TUJUH) A
HARI/TANGGAL
: RABU / 04 MARET 2015
ASISTEN : NURUL QALBY
LABORATORIUM BOTANI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel, yang mempunyai asal,
fungsi serta struktur yang sama dan disebut jaringan. Berdasarkan
sifatnya, ada dua macam jaringan yang
menyusun tubuh tumbuhan, yaitu jaringan muda dan jaringan dewasa. Jaringan muda
mempunyai sifat membelah, sehingga mempunyai fungsi menambah panjang akar
maupun batang, karena biasanya terdapat pada bagian ujung. Pertumbuhan yang
diawali oleh jaringan-jaringan yang letaknya di bagian ujung dikenal sebagai
pertumbuhan primer, dan semua jaringan yang terbentuk jaringan primer. Tumbuhan
monokotil melengkapi daur hidupnya hanya dengan pertumbuhan pimer saja, tetapi
tumbuhan dikotil batang dan akar dapat mempertebal diri melalui proses yang
disebut pertumbuhan sekunder (Sumardi, Pudjoarinto, 2002).
Sel tumbuhan mempunyai bentuk, ukuran dan struktur yang
bervariasi. Struktur sel rumit, namun demikian semua sel mempunyai persamaan
dalam beberapa segi dasar. Jaringan yang menyusun tumbuh-tumbuhan terdiri dari
jaringan muda dan dewasa. Jaringan-jaringan ini dapat ditemukan pada bagian
akar, batang dan daun tumbuhan. Jaringan ini dapat dilihat dengan membuat suatu
preparat penampang dari bagian-bagian tumbuhan (Sugiharto, 1989).
Mikroteknik
secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode pembuatan
preparat mikroskopis, baik preparat hewan maupun tumbuhan, menganalisis
preparat mikroskopis dan melakukan mikrometri, serta membahas manfaat preparat
bagi perkembangan keilmuan dan dukungan terhadap kehidupan manusia. Sedangkan mikroteknik tumbuhan merupakan teknik dalam pembuatan preparat mikroskopis tumbuhan (Arimurti,
2001). Berdasarkan hal
ini, maka dilakukanlah percobaan pembuatan preparat dengan menggunakan metode
parafin.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui
cara pembuatan preparat pada akar tanaman jagung Zea
mays dengan metode parafin.
1.3 Waktu dan
Tempat Percobaan
Percobaan mengenai pembuatan preparat dengan metode
parafin, dilaksanakan pada hari Rabu, 04 Maret 2015, pukul 14.00 - 17.00
WITA yang bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bentuk kehidupan yang paling
sederhana suatu organisme dapat terdiri dari satu sel. Setiap organisme hidup
ataupun hasil pertumbuhannya merupakan suatu sumber yang penting sebagai bahan
mikroteknik. Tingkat kekerasan jaringan tumbuhan pada umumnya ditentukan oleh
tingkat pertumbuhannya, yang dalam hal ini berkaitan dengan derajat pengayuan
(lignifikasinya). Jaringan tumbuhan berbeda dengan jaringan hewan dalam satu
hal penting yaitu bahwa setiap sel tumbuhan terbungkus yang cukup tangguh yang
terutama terdiri dari selulosa. Membran tersebut berasal dari sel, sedangkan
membran sitoplasma yang asli, yang sesuai dengan membran luar pada sel hewan
berada sedikit di sebelah dalam (Sugiharto,
1989).
Tubuh tumbuhan secara morfologi terdiri atas unit sel yang
dilindungi oleh dinding, dan masing-masing sel dengan mengadakan kesatuan
dengan adanya substansi antar sel. Sel-sel dalam tubuh tumbuhan terdapat
dalam kelompok yang secara struktural dan fungsional berbeda dengan kelompok sel
yang lain. Kelompok-kelompok sel-sel tersebut dikenal dengan jaringan (Sugiharto,
1989).
Preparat berdasarkan sifat
ketahanannya dapat dibedakan
menjadi preparat sementara (preparat basah), preparat semipermanen (1/2 awetan)
dan preparat permanen (awetan). Preparat sementara bersifat tidak tahan lama dan biasanya
hanya untuk sekali pengamatan. Preparat ini menggunakan medium air atau bahan
kimia yang mudah menguap. Preparat
semipermanen menggunakan media gliserin dan mampu bertahan untuk sekitar
seminggu penyimpanan. Preparat
permanen atau preparat awetan
merupakan preparat yang diawetkan menggunakan balsam, gliserin jelly,
lactophenol atau senyawa lain sebagai agen mountingnya. Sehingga preparat
permanen dapat bertahan beberapa lama (Arimurti, 2001).
Mikroteknik atau teknik histologi ini akan dipelajari ilmu
atau seni untuk mempersiapkan organ, jaringan atau bagian yang lainnya untuk
dapat diamati dan dipelajari dengan lebih teliti. Pada umumnya untuk melihat
jaringan atau organ ini dilakukan dengan bantuan mikroskop, karena struktur
jaringan secara terperinci pada dasarnya terlalu kecil untuk dapat dilihat
dengan mata telanjang. Suatu spesimen mikroteknik dapat merupakan sebagian
ataupun keseluruhan dari struktur yang ditetapkan. Selain diletakkan pada kaca
preparat, spesimen tadi umumnya dilindungi dengan kaca penutup, yaitu sepotong
kaca yang sangat tipis ataupun plastik yang tembus pandangan yang direkatkan di
atas specimen (Sugiharto, 1989).
Metode parafin termasuk metode sayatan yang banyak
digunakan, karena hampir semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini.
Pengamatan secara mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan
berbagai elemen jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen
yang dibuat dengan metode parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin
adalah metode yang paling umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen,
baik pada tumbuhan ataupun pada hewan (Sugiharto, 1989).
Metode parafin saat ini banyak digunakan, karena hampir
semua macam jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini.
Kebaikan-kebaikan metoda ini adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis
dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku,
tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode parafin tebal
irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri
dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh
lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin. Namun metode parafin juga
memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah.
Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila menggunakan metode
ini. Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini (Imron, 2008).
Irisan utuh suatu spesimen sangat bermanfaat bagi studi
pembelajaran. Dengan adanya preparat utuh maka dapat diamati bagian-bagian
jaringan dan jenis sel yang ada dalam satu preparat. Dalam pembuatan preparat
utuh diupayakan permanen atau awet agar sewaktu-waktu dapat diamati kembali.
Keberhasilan pembuatan preparat permanen ini tergantung pada lima tahap
yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan, perembesan dan pengeblokan
parafin serta pewarnaan. Larutan fiksatif yang dipilih, perembesan parafin yang
bagus dan zat warna yang akan digunakan menentukan keberhasilan preparat irisan
(Imron, 2008).
Metode parafin merupakan cara pembuatan sediaan dengan
menggunakan paraffin sebagai media penanaman (embedding). Langkah-langkah dalam
pembuatan sediaan tersebut adalah (Rindi, 2011) :
1.
Pematian dan fiksasi
Banyak larutan yang dapat digunakan
untuk fiksasi, diantaranya adalah larutan FAA (Formaldehyde Acetic-acid
Alcohol), dengan komposisi sebagai berikut: 50% atau 70% etilalkohol 90 cc,
Asam asetat glacial 5 cc Formalin 40 % 5 cc. Setelah bahan dipotong kira-kira
0,5 cm segera dimasukkan ke dalam larutan FAA dengan perbandingan 1: 20 (bahan
1/20 volume FAA), tidak boleh lebih delapan potong didalam vial. Lama fiksasi
dalam FAA bagi bahan yang kecil atau tipis minimum 12 jam sedangkan untuk bahan
yang besar atau tebal 24 jam.
2.
Pencucian
Pencucian dilakukan 2 kali dalam
waktu 3 jam dengan akohol 50%. Jumlah larutan dipakai hannya tepat menutupi
bahan.
3.
Penanaman (Embedding)
Buat kotak keras yang agak tebal
dengan ukuran kira-kira 5 X 2,5 X 2 cm (panjang X lebar X tinggi), lalu isi
dengan paraffin keras yang cair dalam vial tadi, kemudian sebelum parafin
membeku masukkan bahan. Atur bahan tersebut dalam kotak kertas dengan
menggunakan jarum yang dipanaskan dengan lampu alcohol atau spritus dan beri
label. Setelah parafin membeku dan bahan tidak bergoyang, letakkan kotak kertas
dalam air dingin. Biarkan permukaan parafin membeku, kemudian tekanlah seluruh
kotak kedalam air sampai parafin membeku, atau dapat juga dimasukkan kedalam
freezer sampai seluruh parafin sama sekali membeku. Baru setelah itu parafin
dapat dikeluarkan dari kotaknya.
4.
Penyayatan
Potong balok parafin menjadi
balok-balok kecil yang masing-masing mengandung sebuah bahan. Balok-balok
parafin itu ditempelkan pada balok kayu menurut arah sayatan yang dikehendaki.
Penempelan dilakukan dengan mencairkan sebagian balok parafin dengan jarum yang
telah dipanasi, kemudian meletakkan balok parafin pada kayu. Lakukan hal itu
beberapa kali sehingga balok parafin menempel dengan kuat pada balok kayu.
Permukaan dari balok parafin yang telah ditempelkan sebaiknya empat persegi atu
bujur sangkar. Perhatikan bahwa sisi horizontal harus benar-benar sejajar.
Bahan yang ada dalam balok parafin disayat dengan mikrotom putar (rotary
microtome). Sebelum dipotong balok yang telah ditempeli bahan dan pisau
didinginkan dahulu dengan air dingin (kulkas), sehingga suhu parafin sama
dengan suhu pisau. Balok kayu yang telah ditempel dengan balok parafin dipasang
pada pemegang yang terdapat pada mikrotom. Aturlah tebal sayatan (biasanya
antara 6-15 mikron) dengan memutar skrup pada sisi kanan mikrotom. Pasang pisau
pada mikrotom. Pada waktu pemutar mikrotom dijalankan, bahan dalam parafin yang
telah diletakkan pada pemegang bergerak naik turun dan maju kedepan. Peganglah
sayatan-sayatan parafin yang berbentuk pita itu dengan kuas halus. Pita parafin
hasil sayatan disimpan pada kotak karton atau baki preparat. Sebaiknya
pemotongan dilakukan di ruangan ber-AC.
Terdapat
kelebihan dan kekurangan dalam pembuatan preparat dengan menggunakan metode
parafin diantaranya, yaitu (Imron, 2008) :
A.
Kelebihan
Metode parafin sekarang banyak digunakan, karena hampir semua macam
jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini, kelebihan dari metode ini
adalah :
·
Irisan yang dihasilkan
jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin. Dengan
metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron.
·
Tebal irisan
dapat mencapai rata-rata 6 mikron.
·
Irisan-irisan
yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini.
·
Prosedurnya jauh lebih cepat bila dibandingkan
dengan metode lainnya.
B.
Kekurangan
Metode paraffin juga memiliki
kelemahan yaitu :
·
Jaringan tumbuhan menjadi keras mengerut dan mudah patah.
·
Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat
dikerjakaan, bila menggunakan metode ini.
·
Sebagian
besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
Percobaan
Alat yang
digunakan dalam percobaan ini yaitu pipet tetes, botol sampel, gelas ukur, objek glass, deck glass, silet, dan
pinset.
3.2 Bahan
Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Jagung Zea mays, aquadest, alkohol, formalin, asam asetat glasial, parafin, dan xylol.
3.3 Prosedur Kerja
1.
Fiksasi FAA selama 30 menit, fiksasi ini bertujuan untuk
mengawetkan semua
struktur sel sehingga sedapat mungkin berada dalam keadaan sama atau hampir
sama dengan pada waktu masih hidup.
2.
Pencucian
dengan aquadest sebanyak 3 kali selama
beberapa menit.
3.
Dilakukan
dehidrasi dengan alkohol bertingkat 70%, 80%, 90%, dan 96% masing-masing 5 menit. Dehidrasi ini bertujuan untuk menarik air keluar
dari jaringan dan akan digantikan dengan
alkohol
4.
Dealkoholisasi
dengan menggunakan alkohol-xylol perbandingan 3:1, 1:1, 1:3 masing-masing 10
menit. Dealkoholisasi ini bertujuan untuk menarik alkohol keluar dari jaringan dan digantikan
dengan xylol.
5.
Dilakukan
penjernihan dengan menggunakan xylol murni. Penjernihan ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu xylol
murni I 5 menit dan xylol murni II 5 menit. Penjernihan
ini dilakukan untuk menarik sisa alkohol yang masih terdapat dalam jaringan.
6.
Infiltrasi
terbagi atas infiltrasi I dan II. Infiltrasi I dilakukan dengan menggunakan xylol-parafin dengan perbandingan 1:9 kemudian dilakukan infiltrasi II yaitu dengan menggunakan parafin murni selama 30 detik. Infiltrasi ini bertujuan untuk
mengganti campuran xylol/parafin dengan parafin
murni.
7.
Setelah itu
dilakukan penanaman/embedding menggunakan parafin yang padat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Gambar Penampang melintang Pada Akar Jagung Zea mays
GAMBAR
(Penampang melintang Pada Akar Jagung Zea mays)
|
KETERANGAN
|
|||||
|
1.
Epidermis
2.
Kortex
3.
Floem
4.
Endodermis
5.
Xylem
|
b.
Gambar
tahapan kerja pada pembuatan preparat dengan metode parafin
4.1.2
Rumus Perhitungan Jumlah Larutan
1. Rumus Pengenceran : V1.M1 = V2.M2
Pengenceran
70 %
V1.M1 = V2.M2
V1 x 96 = 100 x 70
96V1 = 7000
V1 = 7000/96
= 72,91 mL
Banyak aquadesh yang digunakan = 100 – 72,91
= 27,09 mL
Pengenceran
80 %
V1.M1 = V2.M2=
V1 x 96 = 100 x 80
96V1 = 8000
V1 = 8000/96
= 83,33 mL
Banyak aquadesh yang digunakan = 100 – 83,33
= 16,67 mL
Pengenceran
90 %
V1 x 96 = 100 x 90
96V1 = 9000
V1 = 9000/96 = 93,75 mL
Banyak aquadesh yang digunakan = 100 – 93,75= 16,25 mL
Perbandingan alkohol xylol
Alkohol-xylol
3:1
Alkohol
yang digunakan 7,5 ml dan xylol yang digunakan 2,5 ml
Alkohol-xylol
1:1
Alkohol
yang digunakan 5 ml dan xylol yang digunakan 5 ml
Alkohol-xylol 1:3
Alkohol yang digunakan 2,5 ml dan xylol yang digunakan 7,5 m
4.2
Pembahasan
Mikroteknik
secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode pembuatan
preparat mikroskopis, baik preparat hewan maupun tumbuhan. Metode parafin merupakan cara
pembuatan sediaan dengan menggunakan paraffin sebagai media penanaman
(embedding). Metode parafin termasuk metode sayatan yang banyak
digunakan, karena hampir semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan
secara mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan berbagai
elemen jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang
dibuat dengan metode parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin adalah
metode yang paling umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada
tumbuhan ataupun pada hewan.
Percobaan
ini dilakukan untuk mengetahui tahapan-tahapan pembuatan preparat akar jagung Zea mays
dengan menggunakan metode parafin. Akar jagung Zea mays terlebih dahulu dipotong secara
melintang dengan ukuran 2 mm. Tahapan
selanjutnya yaitu dilakukan fiksasi selama 20 menit. Sebenarnya berdasarkan
literatur fiksasi pada akar jagung Zea
mays dilakukan minimal 24 jam tetapi karena waktu yang tidak memadai dan
tujuan awal hanya ingin mengetahui tahapan dalam pembuatan preparat dengan
metode parafin ini maka waktu yang digunakan yaiutu 30 menit. Fiksasi pada
tahapan ini bertujuan untuk mengawetkan semua struktur sel sehingga sedapat
mungkin berada dalam keadaan sama atau hampir sama dengan pada waktu masih
hidup.
Setelah akar jagung Zea mays
difiksasi, tahapan selanjutnya yaitu pencucian dan dehisdrasi. Pada tahapan
dehidrasi ini diberikan alkohol bertingkat dari 70 %, 80 %, 90 %, hingga 96 %,
yang dimana tiap tingkatan alkohol dilakukan dehidrasi selama 5 menit.
Pemberian alkohol bertingkat dari konsentrasi rendah hingga konsentrasi tinggi
bertujuan agar selnya tidak lisis atau rusak. Alkohol bertingkat didapatkan
melalui pengenceran dengan rumus V1.M1 = V2.M2.
Seperti halnya pada fiksasi tadi, berdasarkan literatur dehidrasi ini
minimal dilakukan 30 menit tipa tingkatan alkohol. Tahapan dehidrasi ini
bertujuan untuk menarik air keluar yang berada dalam jaringan untuk digantikan
dengan alkohol.
Tahapan
selanjutnya yaitu dealkoholisasi dengan menggunakan alkohol-xylol perbandingan
3:1, 1:1, 1:3. Tiap perbandingan alkoho-xylol dilakukan selama 10 menit tetapi
berdasarkan literatur minimal dilakukan 30 menit. Sama halnya dengan dehidrasi
pada tahapan dealkoholisasi ini dilakukan dari volume alkohol yang terbanyak.
Hal tersebut bertujuan agar sel atau jaringan tidak rusak. Dealkoholisasi ini
bertujuan untuk menarik keluar alkohol yang berada dalam jaringan untuk
digantikan oleh xylol. Hal tersebut dilakukan karena xylol yang mampu berikatan
dengan parafin sedangkan alkohol tidak.
Selanjutnya
yaitu penjernihan dengan menggunakan xylol murni. Penjernihan ini dilakukan 2x
yaitu xylol 1 dan 2 selama 5 menit. Sama halnya dengan tahapan sebelumnya, lama
penjerihan menggunakan xylol murni berdasarkan literatur yaitu 30 menit.
Penjernihan bertujuan untuk memebersihkan sisa-sisa alkohol yang masih terdapat
dalam jaringan. Selain itu penjernihan dilakukan dengan menggunakan xylol murni
karena alkohol tidak dapat berikatan atau bercampur dengan parafin maka
digantikan dengan xylol yang dapat berikatan dengan parafain melalui proses
dealkoholisasi dan penjernihan
Tahapan
selanjutnya yaitu infiltrasi. Infiltrasi ini terbagi atas 2 yaitu dengan
menggunakan xylox-parafin dengan 1:9 dan dengan menggunakan parafin murni.
Infiltrasi ini dlakukan untuk menggantikan xylol dengan parafin murni.
Infiltrasi berdasarkan literatur dilakukan selama 24 jam. Setelah infiltrasi
dilakukan penanaman atau biasa juga disebut dengan embedding. Embedding
dilakukan dengan menggunakan parafin yang padat.
Dalam
percobaan ini tahapan yang dilakukan hanya sampai embedding/penanaman karena
tidak terdapatnya mikrotom yang dapat digunakan pada tahap pengirisan. Tetapi,
berdasarkan literatur tahapan pembuatan preparat dengan metode parafin ini
setelah embedding yaitu pengirisan dengan mikrotom dilanjutkan dengan perekatan
menggunakan campuran gliseri/albumin ayng ditambahkan dengan air kemudian
setelah itu dilakukan pewarnaan menggunakan safranin 1% dalam aquades.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah
melakukan percobaan mengenai pembuatan preparat melintang dengan menggunakan
metode parafin dapat diketahui cara pembuatan preparat yaitu dimulai dengan
pemotongan akar jagung Zea mays,
fiksasi, pencucian dan dehidrasi, dealkoholisasi, penjernihan, infiltrasi, dan
penanaman/embedding.
5.2 Saran
Sebaiknya disediakan alat-alat laboratorium yang
lebih memadai dan lengkap serta tahapan yang ada di dalam percobaan ini
dilakukan dengan maksimal agar praktikum dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arimurti, 2001. Laporan Praktikum
Mikroteknik. Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta.
Imron, Tamyis, A., 2008. Pembuatan Preparat Jaringan Tumbuhan dengan
Metode Parafin. Lap.prak mikroteknik Universitas Brawijaya. http://cyber-biology.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 7 Maret 2015,
pukul 17.00 WITA.
. Diakses pada tanggal 7 Maret 2015, pukul 17.00 WITA.
Sugiharto, 1989. Mikroteknik. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Sumardi, I. dan Pudjoarinto, A.,
2004. Struktur Perkembangan Tumbuhan.
Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Comments
Post a Comment