LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PENGARUH POLUSI DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR
NAMA
: ASTRID SAFIRA IDHAM
NIM
:
H41113341
KELOMPOK : II ( DUA ) B
HARI/TANGGAL
PERC. : SELASA/ 15 APRIL
2014
ASISTEN : ANWAR
AHMAD SHOLEH
LABORATORIUM ILMU
LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Lingkungan
terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Jika komponen biotik berada dalam
komposisi yang proporsional antara tingkat trofik dengan komponen abiotik yang
mendukung kehidupan komponen biotik, lingkungan tersebut berada dalam
keseimbangan atau stabil. Keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak, artinya
lingkungan menjadi tidak seimbang jika terjadi perubahan yang melebihi daya
dukung dan daya lentingnya ( Umar, 2013 ).
Meningkatnya aktivitas manusia di rumah tangga
menyebabkan semakin besarnya volume limbah yang dihasilkan dari waktu ke waktu.
Volume limbah rumah tangga meningkat 5 juta m3 pertahun, dengan
peningkatan kandungan rata-rata 50% . Konsekuensinya adalah beban badan air
yang selama ini dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga menjadi semakin
berat, termasuk terganggunya komponen lain seperti saluran air, biota perairan
dan sumber air penduduk. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya pencemaran
yang banyak menimbulkan kerugian bagi manusia dan lingkungan (Yusuf, 2008).
Kegiatan manusia mengubah lingkungan dilakukan karena
adanya kebutuhan hidup. Kebutuhan ini akan menjadi semakin meningkat sejalan
dengan meningkatnya jumlah penduduk. Upaya pemenuhan kebutuhan menusia
dipengaruhi oleh perkembangan budaya. Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
hasil perkembangan budaya digunakan untuk mengembangkan berbagai industri yang
dapat memenuhi kebutuhan manusia (Whardana, 1995).
Polusi domestik atau pencemaran akibat
aktivitas rumah tangga berupa sampah sisa makanan, sabun, deterjen dan tinja,
bahan-bahan ini merupakan bahan yang mudah diuraikan oleh mikroba dalam air.
Ada bermacam-macam cara untuk menentukan adanya polusi air, misalnya dengan
mengukur tingkat kejernihan, suhu, pH, kandungan oksigen oleh mikroba dan
proses kimia lainnya untuk menguraikan bahan organik dalam air tadi. Yang
terakhir biasanya BOD karena semakin tinggi aktivitas mikroba menguraikan bahan
organik maka makin cepat kandungan oksigen dalam air habis (Supriyanti, 2007).
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh
polusi domestik terhadap kualitas air, maka dilakukanlah percobaan ini untuk
menentukan kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda dengan menggunakan
indikator metil merah.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui kualitas air dari beberapa sumber yang
berbeda, dengan menggunakan methylen merah..
2. Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam
menggunakan peralatan yang berhubungan dengan pencemaran lingkungan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pencemaran air adalah penambahan
unsur atau organisme laut kedalam air, sehingga pemanfaatannya dapat terganggu.
Pencemaran air dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial, karena adanya
gangguan oleh adanya zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih.
Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut dalam air pada kondisi yang
kritis, atau merusak kadar kimia air (Salmin, 2005).
Pencemaran air adalah suatu
perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan
dan air tanah akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung
berapi, badai, gempa bumi dan lain-lain juga mengakibatkan perubahan yang besar
terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran
air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang
dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai
macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik,
minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama
yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen
dalam air (Suryani, 2011).
Air yang aman adalah air yang sesuai
dengan kriteria bagi peruntukan air tersebut. Misalnya kriteria air yang dapat
diminum secara langsung (air kualitas A) mempunyai kriteria yang berbeda dengan
air yang dapat digunakan untuk air baku air minum (kualitas B) atau air
kualitas C untuk keperluan perikanan dan peternakan dan air kualitas D untuk
keperluan pertanian serta usaha perkotaan, industri dan pembangkit tenaga air
(Whardana, 1995).
Menurut Setiawan (2011), pada
dasarnya bahan pencemar air dapat dikelompokkan menjadi:
1. Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen
yaitu sampah yang mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri
makanan, sampah industri gula tebu, sampah rumah tangga (sisa-sisa
makanan), kotoran manusia dan kotoran hewan, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang
mati. Untuk proses penguraian sampahsampah tersebut memerlukan banyak oksigen,
sehingga apabila sampah-sampah tersbut terdapat dalam air, maka perairan
(sumber air) tersebut akan kekurangan oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam
air akan mati kekurangan oksigen. Selain itu proses penguraian sampah yang
mengandung protein (hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang
berbau busuk, sehingga air tidak layak untuk diminum atau untuk mandi.
2. Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit, yaitu
bahan pencemar yang mengandung virus dan bakteri misal bakteri coli yang dapat
menyebabkan penyakit saluran pencernaan (disentri, kolera, diare, types) atau
penyakit kulit. Bahan pencemar ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah
rumah sakit atau dari kotoran hewan/manusia.
3. Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya
logam-logam berat seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga
(Cu), garam-garam anorganik. Bahan pencemar berupa logam-logam berat
yang masuk ke dalam tubuh biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun dalam
organ-organ tubuh seperti ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya
sehingga mengganggu fungsi organ tubuh tersebut.
4. Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme yaitu senyawa organik berasal dari pestisida, herbisida, polimer
seperti plastik, deterjen, serat sintetis, limbah industri dan limbah minyak.
Bahan pencemar ini tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme, sehingga akan
menggunung dimana-mana dan dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan makhluk
hidup.
5. Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti
senyawa nitrat, senyawa fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang)
dengan pesat sehingga menutupi permukaan air. Selain itu akan mengganggu
ekosistem air, mematikan ikan dan organisme dalam air, karena kadar oksigen dan
sinar matahari berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang
diperlukan organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat
masuk ke dalam air.
Pencemaran air terjadi apabila dalam
air terdapat berbagai macam zat atau kondisi (misal Panas) yang dapat
menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat
digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak
hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut
tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, Sebagai contoh suatu sumber air yang
mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan
untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi
tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (keperluan air minum,
memasak, mandi dan mencuci) (Sugiharto,
1987).
Menurut Yusuf (2008), sumber pencemaran air dapat meliputi sebagai berikut:
1. Limbah pertanian berupa obat insektisida, bisa mematikan
biota air, pupuk yang menyebabkan eutrofikasi, yakni suatu kondisi yang mengakibatkan kurangnya oksigen dan mendorong terjadinya
kehidupan organisme anaerob.
2. Limbah rumah tangga yaitu bahan organik, menyebabkan biota air mati, bahan anorganik, menyebabkan banjir, bahan biologis,
menyebabkan timbulnya penyakit.
3. Limbah Industri meliputi bahan organik dan bahan anorganik.
4. Penangkapan ikan dengan menggunakan racun seperti
potasium.
Pada
berbagai tempat di tanah air, limbah cair rumah tangga belum terjangkau oleh
teknologi pengolahan limbah. Selain biaya yang mahal dan penerapan yang sulit,
masih kuatnya pemikiran dan anggapan sebagian besar masyarakat bahwa pembuangan
limbah rumah tangga secara langsung ke lingkungan tidak akan menimbulkan dampak
yang serius. Dalam kondisi demikian, diperlukan suatu sistem pengolahan limbah
rumah tangga yang selain murah dan mudah diterapkan, juga dapat memberi hasil
yang optimal dalam mengolah dan mengendalikan limbah rumah tangga sehingga
dampaknya terhadap lingkungan dapat dikurangi (Yusuf, 2008).
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan
atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat
dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter
fisik, kimia, dan mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air
atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara visual/kasat mata. Yang
termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan, kandungan
partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya. Parameter kimia
menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air, seperti kandungan oksigen,
bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau logam, derajat
keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya.Parameter mikrobiologis
menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri, virus, dan
mikroba pathogen lainnya.Berdasarkan hasil pengukuran atau pengujian, air
sungai dapat dinyatakan dalam kondisi baik atau cemar. Sebagai acuan dalam
menyatakan kondisi tersebut adalah baku mutu air, sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 (Soendjojo, 1990).
Oksigen sangat dibutuhkan oleh semua
jasad hidup untuk pernapasan dan proses metabolisme. Dalam perairan oksigen
berperan dalam proses oksidasi den reduksi bahan kimia menjadi senyawa yang
lebih sederhana sebagai nutrien yang sangat dibutuhkan organisme perairan. Sumber
utama oksigen diperairan berasal dari proses difusi udara bebas dan hasil
proses fotosintesis. Untuk mengetahui kualitas suatu perairan, parameter
oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biokimia (BOD) memegang peranan
penting. Prinsip penentuannya bisa dilakukan dengan cara titrasi iodometri atau
langsung dengan alat DO meter. Suatu perairan yang tingkat pencemarannya rendah
dan bisa dikatagorikan sebagai perairan yang baik, maka kadar oksigen
terlarutnya (DO) > 5 ppm dan kadar oksigen biokimianya (BOD) berkisar 0 - 10
ppm (Salmin, 2005).
Yang dimaksud adalah oksigen terlarut yang terkandung di
dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air.
Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang,
kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Apabila
sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian
besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan
nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar
oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti
ikan, udang dan kerang akan mati (Sugiharto,
1987).
Polusi domestik atau polusi akibat
aktivitas rumah tangga yang dapat berupa sampah, sisa makanan, sabun, deterjen,
dan bahan tinja, di mana bahan ini mudah diuraikan oleh mikroba air dengan
menggunakan oksigen terlarut dalam air. Derajat pencemaran suatu perairan dapat
diketahui dengan bermacam-macam cara, misalnya berdasarkan: kejernihan air,
kandungan O2 terlarut, kebutuhan O2 oleh mikroba (BOD = Biological Oxygen
Demand), dan proses kimiawi lainnya dalam penguraian bahan organik di dalam air
(Umar, 2013).
BAB III
METODE
PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah botol sampel, pipet tetes, plastik elastis, dan karet gelang.
III.2 Bahan
Bahan yang
diperlukan untuk percobaan ini adalah metil merah, air laut jam 12 malam, air
laut jam 6 pagi, air selokan, air sungai, air kolam, air sumur, air PAM, dan
air danau UNHAS .
III.3 Metode Kerja
Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1. Botol sampel disiapkan sebanyak 8 buah diberi label A, B, C, D, E, F, G,
dan H.
2. Kemudian masing-masing botol diisi dengan urutan secara hati-hati dengan
urutan A diisi air laut jam 12 malam, B diisi air laut jam 6 pagi, C diisi air
selokan, D diisi air sungai, E diisi air kolam, F diisi air sumur, G diisi air
PAM, dan H diisi air danau UNHAS. Botol diisi air secara hati-hati, jangan
sampai terkocok ataupun ada gelembung.
3. Sebelum ditutup, ke dalam botol A, B, C, D, E, F, G, dan H masing-masing
ditambahkan dengan metil merah dengan menggunakan pipet tetes sebanyak 50
tetes.
4. Kemudian botol tersebut ditutup dengan menggunakan plastik elastis,
usahakan jangan ada gelembung udara dalam botol.
5. Botol-botol tersebut kemudian diletakkan di tempat terbuka selama 5 hari
dan diamati setiap 24 jam.
6. Data hasil pengamatan dicatat dan dibuat laporan hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil Percobaan
Tabel Pengamatan terhadap Beberapa Jenis Air yang Berbeda
Hari ke-
|
Air Laut malam (A)
|
Air Laut pagi (B)
|
Air selokan (C)
|
Air Sungai (D)
|
Air Kolam (E)
|
Air Sumur (F)
|
Air PAM (G)
|
Air Danau (H)
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
4
|
+
|
++
|
- -
|
++
|
++
|
-
|
+
|
+
|
5
|
+
|
++
|
- -
|
++
|
+++
|
-
|
+
|
+
|
Keterangan :
1. - - = Merah
2. - = Kuning
3. + = Jernih kekuningan
4. ++ = Jernih
5. +++ = Jernih sekali
IV.2
Pembahasan
Pada percobaan ini
digunakan 8 jenis air yang berbeda yakni air laut jam 12 malam, air laut jam 6
pagi, air selokan, air sungai, air kolam, air sumur, air PAM, dan air danau
yang diuji dengan metiten merah. Metilen merah merupakan indikator asam basa
dengan warna merah pH dibawah 4,4 dan berwarna kuning diatas 6,2. Semakin merah
air berarti semakin asam airnya yang menunjukkan bahwa semakin tercemar air
tersebut karena tingginya kadar asam disebabkan oleh tingginya kadar CO2,
sedangkan bila airnya berwarna kuning berarti kandungan CO2-nya
kurang.
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan selama 5 hari diperoleh hasil dimana air laut jam 12
malam berwarna jernih kekuningan, air laut jam 6 pagi tidak berwarna atau
jernih, air selokan berwarna merah, air sungai tidak berwarna atau jernih, air
kolam jernih sekali, air sumur berwarna kuning, air PAM berwarna jernih
kekuningan, dan air danau berwarna jernih kekuningan namun agak keruh.
Berdasarkan hasil
yang diperoleh kita dapat menggolongkan tingkat pencemaran air tersebut, dengan
tingkat pencemaran yang tinggi (tercemar berat) adalah air selokan dibuktikan
dengan berubahnya metilen merah dari yang semula berwarna kuning menjadi
berwarna merah, hal ini berarti kandungan CO2 dalam air tersebut
sangat tinggi karena diakibatkan banyaknya polusi dalam air tersebut baik
berupa yang organik maupun yang bukan, polusi dalam air tersebut akan diuraikan
oleh mikroorganisme yang mana dalam proses penguraiannya itu akan menghasilkan
CO2 sehingga kadar CO2 dalam air meningkat.
Lalu golongan
tercemar sedang yakni air sumur, dimana hasil yang diperoleh warna kuning dari
metilen merah tidak mengalami perubahan warna hal ini berarti bahwa air
tersebut tergolong agak asam disebabkan karena warna airnya tidak berubah jadi
jernih berarti kandungan CO2 dalam air tersebut masih cukup tinggi.
Golongan kurang tercemar adalah air laut malam, air PAM dan air danau, dimana
airnya berubah menjadi berwarna jernih agak kekuningan berarti kandungan CO2
dalam air tersebut sedikit, adanya perbedaan yang diperoleh antara air laut
malam dan pagi disebabkan karena adanya pasang surut air laut yang memungkinkan
kandungan polutan, kadar garam dan mikroorganisme yang terdapat dalam kedua air
tersebut berbeda.
Golongan yang
tidak tercemar termasuk didalammnya air kolam, air sungai dan air laut pagi,
dimana metilen merah yang semula berwarna kuning berubah menjadi jernih atau
tidak berwarna, hal ini berarti kandungan polutan dalam air tersebut masih
kurang terutama pada air kolam yang merupakan air yang paling jernih diantara
semuanya.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil pengambilan sampel dan pengujian dengan menggunakan indikator Metil Merah pada 8 jenis air
yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari kedelapan sampel yang digunakan,
yang memiliki kualitas air yang paling bagus adalah air kolam, dimana air ini
dapat merubah metilen merah menjadi jernih, dan yang tergolong sangat tercemar
adalah air selokan yang ditandai berubahnya metilen merah yang semula berwarna
kuning menjadi warna merah berarti kadar keasamannya meningkat dan CO2
nya meningkat.
2. Untuk menguji kualitas air dapat
dilakukan dengan cara sederhana dengan menggunakan botol dan metilen merah
sebagai indikator.
V.2 Saran
Saran mengenai
percobaan ini sebaiknya peralatan yang disediakan oleh lab dilengkapi dan bila ada fasilitas lab yang rusak harap segera diperbaiki agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan efisien
DAFTAR PUSTAKA
Salmin,
2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen (BOD) sebagai Indikator
Menentukan Kualitas Perairan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Setiawan,
H., 2011. PolusiDomestik. http://hasansetiawan.blogspot.com.
Diakses pada 2 maret 2014 pukul 19.21 WITA.
Soendjojo,
D., 1990. Ekologi Lanjutan. Depdikbud, Universitas Terbuka, Jakarta.
Sugiharto,
1987. Pengelolaan air limbah. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Supriyanti,
2007. Pengaruh Polusi Domestik Terhadap Air. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Suryani,
2011. Pencemaran Air. http://riasuryani.blogspot.com. Diakses pada 2 maret 2014 pukul 19.35 WITA.
Umar,
M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Jurusan Biologi
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Whardana,
W., 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Yusuf, M., 2008. Pengertian
dan Sumber Pencemaran Perairan. Gramedia, Jakarta.
Comments
Post a Comment