Skip to main content

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG AKAR, BATANG, DAN DAUN TUMBUHAN MONOKOTIL DAN DIKOTIL



LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROTEKNIK TUMBUHAN

PERCOBAAN IV
PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG AKAR, BATANG, DAN DAUN TUMBUHAN MONOKOTIL DAN DIKOTIL

                        NAMA                       : ASTRID SAFIRA IDHAM
                        NIM                            : H411 13 341
                        KELOMPOK                        : VII (TUJUH) A
                        HARI/TANGGAL    : SELASA/21 APRIL 2015
                        ASISTEN                   : NURUL QALBY   








LABORATORIUM BOTANI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
            Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan preparat dan sediaan mikroskopis pada umumnya disebut sebagai mikroteknik. Teknik-teknik pada pembelajarannya mengacu pada cara preparat itu sendiri dibuat. Pengamatan dan penelaahan tersebut umumnya menggunakan bantuan mikroskop karena pada objek yang akan diamati dan ditelaah memiliki ukuran yang mikrokopis yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroteknik merupakan suatu ilmu atau seni mempersiapkan organ, jaringan atau bagian dari suatu jaringan untuk dapat diamati dan ditelaah. metode dalam mikroteknik, diantaranya metode geser, metode gilas dan squash atau pejetan (Fathiyawati, 2008).
Sekitar 275.000 spesies yang telah diketahui, sejauh ini angiosperma merupakan kelompok tumbuhan yang paling beraneka ragam dan paling luas. Para ahli membagi angiosperma menjadi dua kelas yaitu dikotil dan monokotil, dinamai demikian karena kotiledonnya (keping atau daun biji) hanya ada satu dan dikotil, yang memiliki dua kotiledon. Masing-masing kelompok tumbuhan tersebut memiliki ciri khusus yang menjadi ciri khas yang membedakan anggota dari masing-masing kelompok tersebut. Adapun beberapa perbedaan tersebut terletak pada struktur anatomi daun, batang maupun akar dari masing-masing kelompok tumbuhan angiosperma tersebut (Campbell, 2003).
Berdasarkan uraian tersebut, untuk menambah pengetahuan dan melatih keterampilan mengenai pembuatan preparat tumbuhan monokotil dan dikotil maka dilakukan praktikum ini.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari dilakukannya percobaan ini yaitu :
1.        Untuk mengetahui perbedaan anatomi akar tumbuhan dikotil dan monokotil berdasarkan preparat melintang yang diamati.
2.        Untuk mengetahui perbedaan anatomi batang tumbuhan dikotil dan monokotil berdasarkan preparat melintang yang diamati.
3.        Untuk mengetahui perbedaan anatomi daun tumbuhan dikotil dan monokotil berdasarkan preparat melintang yang diamati.

II.3 Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan Pembuatan Preparat Melintang Tumbuhan Monokotil dan Dikotil dilaksanakan selama 3 hari. Percobaan untuk pembuatan preparat melintang akar dilaksanakan pada hari Selasa, 7 April 2015. Percobaan untuk pembuatan preparat melintang batang dilaksanakan pada hari Selasa, 14 April 2015. Sedangkan percobaan pembuatan preparat melintang serta epidermis atas dan bawah daun dilaksanakan pada hari Selasa, 21 April 2015, pukul 14.00 - 17.00 WITA yang bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan angiosperma  dikelompokkan  menjadi  tumbuhan dikotil dan monokotil. Kedua subcalassis dari tumbuhan Angiospermae ini memiliki perbedaan dan ciri khusus. Pada batang dikotil berkas pengangkutnya tersusun rapi sedangkan monokotilnya tersebar. Berbeda halnya dengan berkas pembuluh pada akar dikotil maupun monokotil yang sama-sama tersusun rapi dalam endodermis. Tipe berkas pengangkut pada batang monokotil kolateral tertutup sedangkan batang dikotil memiliki tipe kolateral terbuka karena adanya kambium sebagai penghubung berkas pengangkutnya (Mulyani, 2006). 
            Pada subdivisio angiosperma terdapat anggota tumbuhan dalam jumlah yang sangat melimpah. Angiosperma tersebut dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yakni kelompok monokotil yaitu tumbuhan berkeping satu dan dikotil yaitu tumbuhan berkeping dua. Masing-masing kelompok tumbuhan tersebut memiliki ciri khusus yang menjadi ciri khas yang membedakan anggota dari masing-masing kelompok tersebut. Adapun beberapa perbedaan tersebut terletak pada struktur anatomi daun, batang maupun akar dari masing-masing kelompok tumbuhan angiosperma tersebut (Nugroho, 2005).
Tumbuhan monokotil dan dikotil memiliki struktur anatomi organ yang berbeda-beda. Mulai dari akar, batang, daun, hingga organ reproduksinya. Dapat diketahui bahwa perbedaan yang paling mencolok antara tumbuhan monokotil dan dikotil terletak pada berkas pembuluh, berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil terlihat lebih teratur, sedangkan berkas pembuluh pada tumbuhan monokotil terlihat tidak teratur (Sutrian, 2011).
Terdapat perbedaan baik secara morfologi maupun secara anatomi antara akar dan batang. Secara morfologi, akar tidak memiliki daun, maka dengan sendirinya akar juga tidak memiliki buku-buku tempat melekatnya daun. Secara anatomi terdapat perbedaan antara akar dan batang. Yang paling jelas mencolok adalah perbedaan dalam susunan pembuluh xilem dan floem. Pada batang susunan pembuluh xilem dan floem terletak dalam berkas pembuluh kolateral atau ampivasal. Pada akar susunan xilem dan floem tidak terletak berkumpul dalam berkas tetapi terpisah, terletak berselang-seling struktur anatomi akar dapat dibedakan menjadi epidermis, korteks dan silinder pusat (Ningsih, 2012).
Struktur dan perkembangan akar dalam banyak hal mirip dengan pertumbuhan pada batang. Jika pada batang ada pertumbuhan primer dan sekunder begitupun dengan akar. Pertumbuhan primer pada akar dikotil menyebabkan akar tersebut tumbuh memanjang masuk kedalam tanah. Sedangkan pertumbuhan sekunder pada akar dikotil terdapat cambium yang menyebabkan pembesaran diameter (Pujianti, 2011).
Pertumbuhan primer pada akar tergantung pada akar bagian ujung dimana bagian itu dikelilingi oleh sel yang berbentuk tudung dan dinamakan tudung akar. Pada waktu akar menembus partikel-partikel yang ada didalam tanah. Ujung akar dilindungi oleh tudung akar terhadap kerusakan mekanis. Pada kebanyakan tumbuhan dikotil, baik epidermis akar maupun tudung akar berasal dari lapisan paling luar sel-sel meristem ujung (Pujianti, 2011).
Pada jaringan muda tumbuhan dikotil perkembangan akar melibatkan perkembangan sel-sel yang khusus dan tidak terdiferensiasi menjadi sel-sel matang serta sel-sel khusus yang memainkan berbagai peranan dalam kegiatan-kegiatan akar. Ada 3 daerah utama yang berperan penting pada daerah pematangan, yaitu : silinder pembuluh, korteks, dan epidermis. Ditengah-tengah akar terdapat silinder pembuluh yang dibangun oleh jaringan pembuluh bersama-sama parenkim. Sel-sel xylem yang berdinding tebal berfungsi menyalurkan air dan mineral. Sedangkan sel-sel floem berfungsi menyalurkan bahan makanan. Sel-sel xylem primer pada tumbuhan dikotil membentuk jejari yang berpusat ditengah-tengah dan berjumlah 2-4. Sedangkan sel-sel floem primer berserakan dalam kelompok diantara jejaring tadi. Pada kebanyakan dikotil, sel-sel yang tepat ditengahnya akan berkembang menjadi xylem (Pujianti, 2011).
Akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari akar lain, atau bisa disebut akar cabang. Pertumbuhan sekunder bersifat khas bagi akar-akar tumbuhan dikotil. Pertumbuhan sekunder dijumpai di khas pada akar Gymnospermae dan Dicotyledoneae. Akar Monocotyledoneae biasanya tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Apabila pertumbuhan sekunder dimulai, pertama timbul cambium di dalam parenkim diantara jejaring xylem primer dan didalam floem primer. Cambium akan membentuk xylem sekunder dan floem sekunder keluar. Kemudian, cambium itu diperluas secara lateral karena diferensiasi inisial cambium didalam perisikel sekeliling ujung jejaring xylem dan juga mulai membentuk tenunan sekunder. Kemudian cambium membentuk daerah melingkar didalamnya terdapat xylem sekunder yang secara menyeluruh menyelubungi xylem primer. Floem primer dan endodermis biasanya hancur karena tekanan tenunan yang tumbuh didalamnya (Pujianti, 2011).
Pada awalnya, kambium pembuluh berbentuk pita yang jumlahnya tergantung tipe akar. Pada akar diark terdapat dua pita, pada akar triark terdapat akar tiga pita, dan seterusnya. Sel perisiklus yang terdapat di luar daerah xilem juga menjadi aktif seperti kambium. Selanjutnya, kambium melengkapi lingkaran dengan xilem sebagai pusatnya. Penampang melintang kambium pada perkembangan awal berbentuk oval, pada akar diark, segi tiga pada akar triark, dan pada akar poliark membentuk segi banyak. Kambium berbatasan dengan permukaan dalam floem yang berfungsi membentuk xilem sekunder ke arah dalam dan fleom sekunder ke arah luar. Kambium menghasilkan xilem dan floem dengan membelah perinkin dan antiklin sehingga lingkaran akar bertambah besar (Pujianti, 2011).
Pembentukan periderm mengikuti pertumbuhan pembuluh sekunder. Sel perisiklus terus membelah secara perinkin dan antiklin. Pembelahan perinklin menyebabkan peningkatan jumlah lapisan perisiklus. Peningkatan ketebalan jaringan pembuluh dan perisiklus menekan korteks ke arah luar sehingga korteks menjadi pecah. Felogen di luar perisiklus akan membentuk felem ke arah luar dan feloderm ke arah dalam. Pada akar tumbuhan menahun (perennial), keaktifan kambium pembuluh dan felogen terus terjadi sepanjang tahun. Perkembangan akar, seperti halnya pada batang, juga akan membentuk ritidom. Pada tumbuhan Dikotil menerna, misalnya pada Medicago sativa, xilem sekunder terdiri atas pembuluh dengan penebalan dinding menganak tangga dan memata jala. Pembuluh ini juga mengandung serabut dan sel parenkim. Floem berisi pembuluh dengan sel pengiring, serabut, dan sel parenklim. Floem di bagian luar hanya berisi serabut dan parenkim; pembuluh yang tua akan rusak. Floem akan menyatu dengan parenkim di dalam periderm kecuali apabila terrdapat serabut. Gabus merupakan turunan felogen yang berfungsi sebagai jaringan pelindung. Pertumbuhan sekunder pada berbagai tumbuhan Dikotil menerna berbeda (Pujianti, 2011).
Pada akar  tumbuhan  berkayu, di  jaringan  pembuluh biasanya  mempunyai
banyak sel dengan dinding sekunder yang mengandung lignin. Akar Gymnospermae mempunyai tipe tumbuhan sekunder yang sama dengan akar tumbuhan Dicotyledoneae. Namun, terdapat perbedaan histologi antara akar dan batang. Pada akar, takaran unsur dengan dinding sekunder berlignin lebih kecil dibandingkan pada kayu dan kulit kayu, tetapi proporsi jaringan parenkim lebih besar. Penelitian pada kayu Plantanus menunjukkan bahwa kayu dan akar secara filogenetik lebih primitif daripada batang (Pujianti, 2011).
Bila dibanding dengan akar, maka anatomi batang berbeda dengan anatomi akar. Anatomi batang dipengaruhi oleh daun-daun yang terdapat padanya serta terbentuk secara eksogen. Seperti pada akar, penampang melintang batang menunjukkan pula adanya jaringan seperti epidermis, korteks dan jaringan pembuluh pada bagian tengah. Jaringan pembuluh pada batang bisa berasal dari unting-unting prokambium yang terpisah satu sama lain atau berasal dari satu silinder prokambium (Mulyani, 2006).
Pada pertumbuhan selanjutnya terjadi diferensiasi xilem dan floem xilem sehingga terdapatlah berkas-berkas ikatan pembuluh atau silinder jaringan pembuluh. Protofloem maupun protoxilem berdiferensiasi dalam bagian tumbuhan yang belum selesai pertumbuhannya. Pendewasaan dari kedua jaringan tersebut terjadi di antara jaringan-jaringan dengan sel-sel yang sedang aktif memanjang. Elemen tapis memanjang pula dan segera kehilangan fungsinya. Protofloem akhirnya terdesak dan tidak terlihat lagi (Nugroho, 2005).
Pada saat pembentukan ikatan pembuluh, apabila seluruh prokambium terdiferensiasi semua maka ikatan pembuluh seperti itu disebut  ikatan pembuluh tertutup. Tetapi apabila pada ikatan pembuluh masih terdapat sisa prokambium yang kemudian terdiferensiasi menjadi kambium pembuluh maka disebut ikatan pembuluh terbuka. Tipe-tipe ikatan pembuluh dapat dibedakan berdasarkan susunan floem dan xilem adalah sebagai berikut (Mulyani, 2006):
a. Ikatan pembuluh kolateral yaitu tipe ketika xilem terbentuk secara endarch, di sebelah luar xilem terdapat berkas floem yang terbentuk dari luar ke dalam. Tipe ini banyak terdapat pada tumbuhan.
b. Ikatan pembuluh bikolateral yaitu di sebelah luar maupun sebelah dalam dari xilem terdapat berkas floem.
c. Ikatan pembuluh radial, kelompok protoxilem berdampingan dengan kelompok protofloem dalam suatu lingkaran. Tipe ikatan pembuluh ini terdapat pada akar.
d. Ikatan pembuluh kosentris :
1. Amfivasal yaitu ikatan kosentris dengan floem di tengah dikelilingi oleh xilem, misalnya Cordyline sp., Dracaena sp.
2. Amfikribal yaitu ikatan kosentris dengan xilem dikelilingi floem yang terdapat pada tumbuhan Pteridophyta.
Jaringan-jaringan yang terdapat pada batang tumbuhan adalah sebagai berikut (Pujianti, 2011):
1. Epidermis, biasanya terdiri dari satu lapisan sel serta memiliki stomata dan bermacam-macam rambut. Sel-selnya masih hidup dan mampu bermitosis.
2. Korteks, terdiri dari parenkim. Ruang antar selnya sangat jelas, sebagian besar di tengah korteks. Pada bagian tepi korteks sering terdapat lapisan-lapisan kolenkim atau serat-serat.
3. Jaringan pembuluh, biasanya berupa silinder antara korteks dan empulur misalnya pada Gymnospermae dan dikotil atau berupa ikatan-ikatan pembuluh yang terpisah satu dengan lainnya.
4. Empulur, merupakan bagian tengah terdiri dari parenkim yang mungkin mengandung kloroplas. Bagian tengah empulur sering hancur dan bagian tepi sel-selnya kecil.
Variasi struktur daun Angiospermae sedikit banyak ada hubungannya dengan habitatnya dan dapat dipakai sebagai ciri tipe ekologi tumbuhan tersebut, seperti mesofit (tumbuhan yang hidup di tempat tidak terlampau basah atau terlampau kering), hidrofit (tumbuhan hidup di air) dan xerofit (tumbuhan yang hidup di tempat yang kering atau kekurangan air). Namun demikian  perbedaan sering tidak begitu nyata, daun-daun sering memperlihatkan ciri kombinasi dari berbagai tipe ekologi. Terlepas dari bentuk maupun ukuran, semua daun memiliki komposisi jaringan yang sama yaitu  epidermis, mesofil dan berkas pembuluh (tulang daun) (Campbell, 2003).
Seperti halnya pada batang, epidermis pada daun tersusun rapat dan dilapisi kutikula yang mengurangi hilangnya air karena transpirasi. Stoma didapati di kedua belah sisi daun tetapi umumnya di sisi sebelah bawah didapati lebih banyak stoma. Pada daun hidrofit yang daunnya mengapung dipermukaan air, stoma didapati di sisi sebelah atas saja, sedangkan daun-daun yang ada di dalam air tanpa stoma sama sekali. Pada sejumlah besar tumbuhan xerofit, stoma berada di tempat lekukan, terbenam ke dalam permukaan daun. Pada tempat lekukan ini sering juga didapati rambut-rambut epidermis. Rambut epidermis atau trikoma sering juga didapati di kedua belah sisi daun. Rambut-rambut epidermis yang lebat mengurangi hilangnya air dari daun (Mulyani, 2006).
Pada  penampang  melintang Zea mays  ukuran  epidermis besar  pada epidermis yang adaksial sering didapati sel  buliform. Sel buliform diduga berfungsi untuk mengatur, menggulung dan membuka kembali daun apabila kekeringan. Mesofil pada daun jagung tidak mengalami diferensiasi menjadi jaringan bunga karang dan jaringan palisade. Seluruh mesofil terdiri dari sel-sel yang hampir sama bentuknya. Hal ini umumnya terdapat pada daun Graminae. Terdapat satu lapis deretan sel parenkim berdinding tipis mengelilingi berkas pembuluh, disebut seludang berkas pembuluh (Mulyani, 2006).




















DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N., Reece, 2003. Biologi jilid 1 Edisi kedelapan. Erlangga. Jakarta.
Fathiyawati, 2008. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Ficus racemosa terhadap Artemia salina Leach dan Profil Kromatografi Lapis Tipis. Universitas Muhammadiyah press, Surakarta.

Mulyani, S., 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius. Yogyakarta.
Ningsih, R. 2012. Anatomi Tumbuhan. Universitas Holuoleo. Kendari
Nugroho, L. Hartanto, dkk., 2005. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.  Penebar Swadaya. Jakarta.

Pujianti, Nurlaela, 2011. Laporan Praktikum Anatomi Tumbuhan (akar, batang,
dan daun). http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 18 April 2015,
pada pukul 21.40 WITA.

Sutrian, Y. 2011. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan. Rineka Cipta. Jakarta.



BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah silet, mikroskop, pensil, mikroskop, objeck glass, dan deck glass.

III.2 Bahan
            Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akar, batang, daun dari Jagung Zea mays dan Gandarusa Justicia gendarussa, empulur batang ubi kayu Mannihot uttilissima, aquades, gliserin, selotip, kuteks bening, dan label.

III.3 Prosedur Kerja
III.3.1 Pembuatan Preparat Melintang Akar Jagung dan Gandarusa
Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah:
1.      Menyiapkan alat dan bahan.
2.      Mengirirs bahan akar dari tumbuhan Jagung Zea mays atau Gandarusa Justicia gendarussa dengan silet secara melintang setipis mungkin dengan bantuan empulur dari batang ubi kayu.
3.      Meletakkan hasil irisan pada objeck glass, diteteskan air secukupnya, lalu ditutup dengan deck glass.
4.      Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan mengatur cahaya, titik fokus, dan perbesaran sehingga mendapatkan gambaran anatomis dari organ tumbuhan.
5.      Mengoleskan di sekitar deck glass kuteks bening untuk mencegah adanya kontak dari luar dan agar preparat awet dan melekat.
6.      Memberi label pada preparat dan disimpan ditempat yang baik dan aman.
III.3.2 Pembuatan Preparat Melintang Batang Jagung dan Gandarusa
Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah:
1.      Menyiapkan alat dan bahan.
2.      Mengiris bahan batang dari tumbuhan Jagung Zea mays atau Gandarusa Justicia gendarussa) dengan silet secara melintang setipis mungkin dengan bantuan empulur dari batang ubi kayu.
3.      Meletakkan hasil irisan pada objeck glass, diteteskan air secukupnya, lalu ditutup dengan deck glass.
4.      Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan mengatur cahaya, titik fokus, dan perbesaran sehingga mendapatkan gambaran anatomis dari organ tumbuhan.
5.      Mengoleskan di sekitar deck glass kuteks bening untuk mencegah adanya kontak dari luar dan agar preparat awet dan melekat.
6.      Memberi label pada preparat dan disimpan ditempat yang baik dan aman.
III.3.3 Pembuatan Preparat Melintang Daun Jagung dan Gandarusa
Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah:
1.      Menyiapkan alat dan bahan.
2.      Mengiris bahan daun dari tumbuhan Jagung Zea mays atau Gandarusa Justicia gendarussa) dengan silet secara melintang setipis mungkin dengan bantuan empulur dari batang ubi kayu.
3.      Meletakkan hasil irisan pada objeck glass, diteteskan air secukupnya, lalu ditutup dengan deck glass.
4.      Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan mengatur cahaya, titik fokus, dan perbesaran sehingga mendapatkan gambaran anatomis dari organ tumbuhan.
5.      Mengoleskan di sekitar deck glass kuteks bening untuk mencegah adanya kontak dari luar dan agar preparat awet dan melekat.
6.      Memberi label pada preparat dan disimpan ditempat yang baik dan aman.
III.3.4 Pembuatan Preparat Epidermis Daun Jagung dan Gandarusa
Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah:
1.      Menyiapkan alat dan bahan,
2.      Mengolesi permukaan daun dari tumbuhan Jagung Zea mays atau Gandarusa Justicia gendarussa) dengan kuteks bening setipis mungkin dan tunggu hingga mengering.
3.      Menggunting selotip bening secukupnya kemudian rekatkan pada bagian epidermis atas dan bawah daun yang telah diberi kuteks. Menarik selotip kemudian tempelkan pada objek glass.
4.      Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan mengatur cahaya, titik fokus, dan perbesaran sehingga mendapatkan gambaran anatomis dari organ tumbuhan.
5.      Memberi label pada preparat dan disimpan ditempat yang baik dan aman.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Penampang Melintang Akar
1.      Akar Jagung Zea mays
Text Box: 5 Text Box: 4 Text Box: 3Text Box: 2Text Box: 1                                                                                   
Keterangan :
1.      Xilem
2.      Parenkim
3.      Floem
4.      Korteks
5.      Epidermis
2.      Akar Gandarusa Justicia gandarussa. L


Text Box: 1
 
Text Box: 5 Text Box: 4 Text Box: 3Text Box: 2Description: E:\IMG20150408145257.jpg
Keterangan :
1.   Epidermis
2.   Parenkim
3.   Floem
4.   Korteks
5.   Korteks

IV.1.2 Penampang Melintang Batang
1.      Batang Jagung Zea mays


Text Box: 1
 
Text Box: 4Text Box: 3Text Box: 2
Keterangan :

1.      Jaringan Dasar
2.      Epidermis
3.      Xylem
4.      Floem


2.         Batang Gandarusa Justicia gandarussa. L

Text Box: 5Text Box: 4Text Box: 3Text Box: 2Text Box: 1

Keterangan :
1.      Epidermis
2.      Xylem
3.      Floem
4.      Korteks
5.      Kambium


IV.1.3  Penampang Melintang Daun
1.      Daun Jagung Zea mays
Text Box: 4Text Box: 3Text Box: 2Text Box: 1
Keterangan :
1.      Xilem
2.      floem
3.      Sel kipas
4.      Stomata

2.      Daun Gandarusa Justicia gandarussa L
Text Box: 2Text Box: 3Text Box: 4Text Box: 1
Keterangan :
1.      Stomata
2.      Xylem
3.      Floem
4.      Epidermis





IV.1.4 Pengamatan Stomata
1.      Daun Jagung Zea mays
Atas
Text Box: 1

Bawah
Text Box: 1
Keterangan : 1. Stomata / mulut daun
2.      Daun Gandarusa Justicia gandarussa .L
Atas
Text Box: 1
Bawah

 


Text Box: 1
 


Keterangan : 1. Stomata / Mulut daun
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Akar Monokotil dan Dikotil
            Pada pengamatan akar yang telah dilakukan, terlihat bahwa akar jagung Zea mays atau akar monokotil tidak memiliki pertumbuhan sekunder, sedangkan akar gandarusa Justicia gendarrussa atau akar dikotil memiliki dua fase pertumbuhan. Pada pertumbuhan sekunder akar dikotil memiliki kambium vaskular dan kambium gabus, yang berasal dari sel-sel perisikel dan jaringan penghubung, sedangkan akar monokotil kekurangan kambium. Akar monokotil memiliki empulur yang selalu berada di tengah, sedangkan akar dikotil memiliki empulur  yang sangat kecil dibandingkan dengan empulur monokotil atau tidak memiliki empulur.
IV.2.2 Batang Monokotil dan Dikotil
Pada pengamatan preparat melintang batang, maka dapat dibedakan antara batang monokotil dan dikotil yaitu batang monokotil terdiri atas epidermis, korteks, sklerenkim, xylem,floem, empulur, dan berkas pembuluh, sedangkan batang dikotil terdiri atas epidermis, korteks, empulur, berkas pembuluh, xylem primer dan sekunder, floem primer dan sekunder dan kambium. Selanjutnya berkas pengangkutan (xylem dan floem) pada batang monokotil tersebar tidak beraturan, sedangkan pada batang dikotil letaknya tersusun dalam lingkaran. Selain itu, batang monokotil tidak mengalami pertumbuhan sekunder sehingga tidak memiliki kambium, sedangkan batang dikotil mengadakan pertumbuhan sekunder oleh aktivitas kambium.
Pada batang monokotil yang tidak bercabang-cabang, pembuluh angkutnya (xilem-floem) tersebar, tidak memiliki jari-jari empulur, tidak ada kambium vaskular sehingga tidak dapat membesar, empulur tidak dapat dibedakan di daerah korteks.
Pada batang Monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara korteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antaraxilem dan floem tidak ditemukan kambium. Tidak adanya kambium pada monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh membesar,dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang Cordyline sp. dan pohon Nenas seberang Agave sp.
            Pada batang Dikotil yang bercabang-cabang, pembuluh angkut teratur, punya jari-jari empulur, mempunyai kambium vaskular sehingga dapat membesar, dapat dibedakan antara daerah korteks dan empulur, ada kambium di antara xilem dan floem. Pada batang pula berkas pengangkut xilem dan floem tersusun melingkar pada tumbuhan dikotil dan tersebar pada tumbuhan monokotil.
IV.2.3 Daun Monokotil dan Dikotil
Pada pengamatan preparat melintang daun dapat dilihat bahwa sistem jaringan dasar pada daun monokotil dan dikotil dapat dibedakan. Pada tumbuhan dikotil sistem jaringan dasar (mesofil) dapat dibedakan atas jaringan pagar dan bunga karang, tidak demikian halnya pada monokotil khususnya famili Graminae. Sistem berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem yang terdapat pada tulang daun. Selain itu, pada tumbuhan dikotil, mesofilnya tersusun rapat, rapi tanpa adanya sel buliformis. Sedangkan pada tumbuhan monokotil susunan jaringan mesofil sedikit lebih kurang teratur dibandingkan susunan mesofil pada daun tumbuhan dikotil.


BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh :
1.      Pada akar dikotil, terbentuk kambium, serta korteks dan stele terdapat sekat pemisah. Pada akar monokotil tidak terbentuk kambium serta tidak ada pemisah yang jelas antara korteks dan stele.
2.      Pada batang dikotil berkas pembuluh tersusun secara teratur, diantara xylem dan floemnya terdapat kambium dan terdapat pemisah anatara korteks dan stele berupa endodermis. Pada monokotil berkas pembuluh angkutnya tersusun tersebar dan tidak terdapat kambium serta pembatas korteks dan stele tidak jelas.
3.      Pada daun dikotil, sel epidermisnya memiliki variasi berupa litosit yang sistolit. Adapun tipe stomatanya diasit. Pada daun monokotil, variasi epidermisnya berbentuk sel kipas dengan stomata kriptofor dan modifikasi epidermis berupa trikoma serta pada permukannya tidak terdapat lapisan zat lilin. Berkas pembuluhnya radial. Sel parenkimnya berupa jaringan bunga karang atau spon. Adapun tipe stomatanya. tersusun berderet sejajar, sel penutupnya berbentuk seperti halter yang bagian ujungnya membesar dan berdinding tipis.
V.2 Saran
Sebaiknya sebelum membuat preparat terlebih dahulu dijelaskan secara detail perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil secara anatomi, agar praktikan dapat mendapatkan preparat yang jelas dan benar.

Comments

Popular posts from this blog

PERKEMBANGAN IPTEK DALAM BIDANG BIOLOGI

KATA PENGANTAR        Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ‘’PERKEMBANGAN IPTEK DALAM BIDANG BIOLOGI”. Makalah ini berisikan informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang biologi atau yang lebih khususnya membahas tentang bioteknologi.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Makassar, 5 Desember 2013                                                                                                                     Penulis      

SUSUNAN TULANG-TULANG DAUN, PHYLLOTAXIS, DAN ALAT TAMBAHAN

MAKALAH  SUSUNAN TULANG-TULANG DAUN, PHYLLOTAXIS, DAN ALAT TAMBAHAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang             Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan cabang-cabangnya, ada pula daun yang berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal atau pada ujungnya. Umumnya daun pada batang terpisah-pisah satu sama lain dengan jarak yang nyata.              Bagian batang atau cabang tempat duduknya daun disebut juga dengan buku-buku batang ( nodus ), dan bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkari batang sebagai suatu cincin. Sedangkan bagian batang yang berada diantara dua buku-buku batang dinamakan ruas ( internodium ). Walaupun pada tumbuhan lain biasanya tak nampak adanya buku-buku yang jelas, tetapi karena tempat duduknya daun disebut buku-baku, maka bagian batang antara dua daun disebut pula sebagai ruas. I.2 Rumusan Masalah             Adapun rumusan masalah ya

LAPORAN BIOKIMIA PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN VI PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM NAMA                                                : ASTRID SAFIRA IDHAM NIM                                                     : H41113341 KELOMPOK/KELAS                      : IV (EMPAT) / C HARI/TANGGAL PERCOBAAN : KAMIS / 4 DESEMBER 2014 ASISTEN                                            : NURUL FEBRIANI PUTRI LABORATORIUM BIOKIMIA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Seluruh reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel memerlukan jasa enzim, enzim disintesis di dalam sel, namun aktivitasnya tidak selalu di dalam sel. Berbagai reaksi kimia yang dikendalikan oleh enzim antara lain respirasi, pertumbuhan, perkembangan, kontraksi otot, fotosintesis, pencernaan, fiksasi nitrogen, pembentukan urin, dan lain-lain (Salisbury,