Faktor Penyebarluasan Mikroorganisme
di Lingkungan Akuatik
Berbagai
macam mikroorganisme ditemukan dalam lingkungan akuatik, penyebarluasannya
ditentukan oleh faktor kimia dan fisik yang terdapat dalam lingkungan tersebut.
Faktor lingkungan ini sangat berbeda satu dengan yang lainnya seperti suhu,
tekanan hidrostatik, cahaya, salinitas, turbiditas, pH, dan nutrien.
a. Temperatur
Temperatur
air permukaan berkisar antara 0 oC di daerah kutub sampai 40oC
di daerah equator. Di bawah permukaan lebih dari 90% lingkungan laut memiliki
temperatur di bawah 5 oC, suatu kondisi yang disukai untuk
pertumbuhan mikroorganisme psikrofilik. Sejumlah bakteri termofilik dapat
diisolasi dari endapan anaerobik dekat palung pada dasar lautan. Sebagai
contoh, archaeobacteria Pyrodictium occultum, diisolasi dari bawah laut
dekat pulau Volcano, Itali, dimana air bertemperatur 103oC. Dari
hasil penelitian di laboratorium, bakteri tersebut dapat tumbuh secara optimum
pada temperatur 105oC dan tidak tumbuh pada temperatur di bawah 82oC.
Pyrodictium occultum merupakan bakteri autotrof anaerobik yang tumbuh
melalui pembentukan hidrogen sulfida (H2S) dari gas hidrogen (H2)
dan unsur sulfur (S). Pyrobaculum organotrophum, mewakili kelompok baru
archaebakteria hipertermofilik dari laut pada bagian dunia yang berbeda.
Spesies dari genus ini dapat tumbuh optimal pada temperatur 100 oC,
merupakan bakteri bentuk batangra, gram negatif, anaerob sempurna, dan bergerak
dengan flagela.
b.
Tekanan Hidrostatik
Tekanan
hidrostatik merupakan tekanan pada dasar suatu kolom vertikal air. Tekanan
tersebut meningkat menurut kedalaman pada kisaran 1 atmosfir tekanan (14,7 psi)
dari setiap 10 m. Pada daerah yang sangat dalam, seperti dekat dasar lautan,
tekanan hidrostatik sangat besar dan dapat menyebabkan perubahan dan
mempengaruhi sistem biologik, seperti perubahan kecepatan reaksi kimia,
kelarutan nutrien, dan titik didih air. Organisme barofilik merupakan organisme
yang tidak dapat tumbuh pada tekanan atmosfir normal. Sejumlah bakteri
barofilik dapat diisolasi dari parit lautan. Pasifik pada kedalaman antara
1000-10.000 m. Isolasinya membutuhkan alat-alat khusus yang memelihara tekanan
tinggi pada sampel dari waktu pengambilan sampai, dan selama masa pembiakkan.
Umumnya bakteri barofilik dapat tumbuh baik pada tekanan yang kurang dari
tempat asalnya dan hampir seluruhnya diinkubasi pada temperatur psikrofilik
(sekitar 2 oC).
c.
Cahaya
Sebagian
besar bentuk kehidupan akuatik bergantung (baik langsung maupun tidak langsung)
pada produk metabolik organisme fotosintetik. Organisme fotosintetik utama
dalam sebagian besar habitat aquatik adalah alga dan Cyanobacteria pertumbuhannya dibatasi oleh lapisan permukaan air
dimana cahaya dapat menembus. Bagian dalam air dimana terjadi fotosintesis
disebut zona fotik. Ukuran zona ini berbeda bergantung pada kondisi daerah
seperti posisi matahari, musim, dan khususnya kekeruhan air. Umumnya, aktivitas
fotosintetik dibatasi pada kedalaman kurang dari 50-125 m badan air, bergantung
pada kejernihan air.
d.
Salinitas
Salinitas
atau konsentrasi NaCl air alami berkisar antara 0% dalam air-tawar sampai 32%
NaCl dalam danau asin seperti the Great Salt Lake di Utah. Air laut
mengandung NaCl sekitar 2,75%; konsentrasi garam total air laut (NaCl ditambah
garam lainnya) berkisar antara 3,3 – 3,7%. Di samping NaCl garam lain yang
ditemukan dalam air ialah natrium karbonat, sulfat dan kalium sulfat, klorida
dan karbonat, kalsium dan magnesium. Konsentrasi garam pada daerah yang dangkal
dan dekat mulut/hilir sungai biasanya rendah. Pada daerah estuari, konsentrasi
garam berbeda dari dasar sampai permukaan, dari hulu sampai hilir, dan dari
musim ke musim, menciptakan bahkan merubah kondisi bentuk kehidupan yang
menempati badan air tersebut. Sebagian besar mikroorganisme laut merupakan
halofilik, yang tumbuh dengan baik pada konsentrasi NaCl kurang dari 2,5 -
4,0%. Dengan kata lain, mikroorganisme dari danau dan sungai dapat dihambat
pertumbuhannya dengan konsentrasi NaCl lebih dari 1%.
e.
Turbiditas
Turbiditas
atau kekeruhan menandakan perbedaan dalam kejernihan air. Laut Adriatik bersih
dan berkilauan pada bagian kedalaman sedangkan sungai Mississipi sangat keruh.
Bahan yang tercampur yang mampu mengeruhkan air adalah :
1.
Partikel bahan mineral;
2.
Detritus, partikel bahan organik seperti potongan selulosa,
hemiselulosa, dan kitin dari hasil dekomposisi hewan dan tumbuhan;
3.
Suspensi mikroorganisme
Air
yang sangat keruh, menyebabkan kurang tembus cahaya, zona fotik kurang dalam.
Partikel bahan-bahan juga tersedia sebagai tempat menempelnya mikroorganisme.
Beberapa spesies bakteri menempel pada permukaan yang padat dengan maksud
berkolonisasi, misalnya Epibakteria. Partikel tersebut juga tersedia sebagai
substrat untuk metabolisme mikroorganisme.
f.
Konsentrasi Ion Hidrogen (pH)
Mikroorganisme
aquatik biasanya tumbuh baik pada pH 6,5-8,5. Air laut memiliki pH 7,5-8,5, dan
sebagian besar mikroorganisme laut tumbuh baik pada media kultur dengan pH
7,2-7,6. Danau dan sungai dapat memiliki kisaran pH yang luas bergantung pada
kondisi lingkungan setempat. Sebagai contoh, archaebakteria dapat diisolasi
dari danau garam di Afrika, dimana pH tinggi sekitar 11,5, spesies
archaebakteria lain dapat hidup pada pH sangat rendah 1,0 atau kurang.
g.
Nutrien
Jumlah
dan macam bahan organik dan anorganik (nutrien) yang terdapat dalam lingkungan
aquatik secara nyata membantu pertumbuhan mikroorganisme. Nitrat dan fosfat
merupakan unsur anorganik yang mendukung pertumbuhan alga. Kelebihan nitrat
dan/atau fosfat dapat menyebabkan kelebihan pertumbuhan alga (‘blooming’)
pada badan air dan memperbesar penggunaan oksigen dalam air, juga menutupi
permukaan air, sehingga air sulit ditembus cahaya, dan akhirnya mematikan semua
kehidupan dalam air. Jumlah nutrien dalam badan air mengarah pada penimbunan
nutrien dalam suatu lingkungan. Air dekat-pantai, yang menerima air limbah
domestik yang mengandung senyawa organik dan anorganik, merupakan daerah yang
mengalami peningkatan dan penurunan secara singkat timbunan nutrien, sedangkan
laut lepas memiliki timbunan nutrien yang lebih rendah dan stabil. Limbah
industri dan limbah pertanian dapat mengandung zat antimikroba, merkuri dan
logam berat lain juga dapat memasuki daerah estuari dan air pantai. Sejumlah
alga akuatik menghasilkan toksin yang mematikan ikan dan hewan lain. Toksin
tersebut dikeluarkan dari sel atau melalui dekomposisi alga oleh bakteri dalam
kondisi “blooming”. Alga laut tertentu (Gymnodinium dan Gonyaulax)
dapat menghasilkan neurotoksin yang mematikan hewan akuatik. Toksin tertentu
dapat terkonsentrasi dalam kelenjar pencernaan moluska (kerang-kerangan) dan
menyebabkan paralisis pada manusia yang mengkonsumsi kerang beracun tersebut.
Comments
Post a Comment