Skip to main content

SUSUNAN TULANG-TULANG DAUN, PHYLLOTAXIS, DAN ALAT TAMBAHAN

MAKALAH SUSUNAN TULANG-TULANG DAUN,
PHYLLOTAXIS, DAN ALAT TAMBAHAN

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
            Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan cabang-cabangnya, ada pula daun yang berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal atau pada ujungnya. Umumnya daun pada batang terpisah-pisah satu sama lain dengan jarak yang nyata. 
            Bagian batang atau cabang tempat duduknya daun disebut juga dengan buku-buku batang (nodus), dan bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkari batang sebagai suatu cincin. Sedangkan bagian batang yang berada diantara dua buku-buku batang dinamakan ruas (internodium). Walaupun pada tumbuhan lain biasanya tak nampak adanya buku-buku yang jelas, tetapi karena tempat duduknya daun disebut buku-baku, maka bagian batang antara dua daun disebut pula sebagai ruas.
I.2 Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah :
1.     Bagaimana bentuk-bentuk susunan tulang daun?
2.     Apa yang dimaksud dengan Phyllotaxis dan bagaimana tata letak daun pada tumbuhan?
3.     Apa saja alat tambahan pada tumbuhan? Bagaimana alat tambahanan tersebut?
I.3 Tujuan
            Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.     Untuk mengetahui bentuk-bentuk susunan tulang daun.
2.     Untuk mengetahui pengertian Phyllotaxis atau tata letak daun pada tumbuhan.
3.     Untuk mengetahui alat tambahan pada tumbuhan.
BAB II
SUSUNAN TULANG-TULANG DAUN,
PHYLLOTAXIS, DAN ALAT TAMBAHAN

II.1 Susunan Tulang Daun
Tulang-tulang daun adalah bagian daun yang berfungsi untuk :
a.     Memberi kekuatan pada daun, seperti halnya tulang pada hewan dan manusia, oleh karenanya keseluruhan tulang daun disebut sebagai rangka daun (sceleton)
b.     Selain sebagai penguat, juga sebagai jalan pengangkutan zat karena juga terdapat pembuluh-pembuluh di dalamnya.
Secara morfologi, berdasarkan susunan tulang daunnya, terdapat  4 macam susunan tulang daun (folium) yaitu:
1.     Daun-daun yang bertulang menyirip (penninervis). Daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. dari ibu tulang ini kesamping keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mirip sirip-sirip pada ikan, oleh sebab itu disebut bertulang menyirip. Contohnya terdapat pada daun mangga (Mangifera indica L.).
2.     Daun-daun yang bertulang menjari (palminervis)Merupakan  tipe tulang daun yang memperlihatkan susunan seperti jari-jari pada tangan (dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar). daun dengan susunan tulang menjari umumnya hanya terdapat pada tumbuhan berbiji belah (Dicolyledoneae). Contohnya pada pepaya(Carica papaya L), jarak ( Ricinus communis L), dan kapas ( Gossypium sp. ).
3.     Daun-daun yang bertulang melengkung (cervinervis). tipe daun ini mempunyai beberapa tulang yang besar, satu ditengah,yaitu yang paling besar, sedangkan lainnya mengikuti jalannya tepi daun.(memencar kemudian kembali menuju ke satu arah ke ujung daun). tipe susunan tulang daun ini umumnya dijumpai pada tumbuhan berbiji tunggal (monocotyledoneae), misalnya pada genjer (Limnocharis flava Buch), gadung (Dioscorea hispida Dennst).
4.     Daun-daun yang bertulang sejajar (rectinervis). biasanya terdapat pada daun-daun bangun garis atau bangun pita, yang mempunyai satu tulang di tengah yang besar membujur daun, sedang tulang-tulang lainnya jelas lebih kecil dan nampaknya semua mempunyai arah yang sejajar dengan ibu tulang. Tipe susunan tulang daun yang demikian lazimnya terdapat pada tumbuhan berbiji tunggal (Monocotyledoneae), misalnya semua jenis rumput (Gramineae), teki-tekian (Cyperaceae).
II.2 Phyllotaxis atau Tata Letak Daun
Tata letak daun adalah aturan mengenai letaknya daun pada suatu tumbuhan. Untuk tumbuhan sejenis misalnya semua pohon pepaya dimanapun tumbuhnya akan memiliki tata letak daun yang sama.
Untuk mengetahui tata letak daun pada batang tumbuhan, harus diketahui dahulu jumlah daun yang terdapat pada satu buku-buku batang. Kemungkinannya ada tiga keadaan, yaitu :
1.     Pada setiap buku-buku batang terdapat satu daun saja (bisa memiliki rumus daun karena mempunyai spiral genetik)
2.     Pada setiap buku-buku batang terdapat dua daun (tidak memiliki rumus daun karena spiral genetiknya tidak sempurna)
3.     Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun (tidak memiliki rumus daun karena spiral genetiknya tidak sempurna)
Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah daun pada buku-buku batang ini akan mempengaruhi tata letak daunnya. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :
1.     Pada setiap buku-buku batang terdapat satu daun saja
      Tersebar (folia sparsa) jika pada setiap buku didapatkan satu daun. Tumbuhan dengan susunan diatas, dapat terlihat berjejal seolah-olah terdapat ketinggian yang sama. Kedudukan daun tersebut dinamakan roset (rasula) yang disebabkan karena ruas batang pada bagian batang tersebut sangat pendek. Roset dapat dibedakan antara lain :
a.       Roset akar, jika batang sangat pendek sehingga daun mengelompok di dekat permukaan tanah didekat akar. Contoh pada tapak liman (Elephantopus scaber L.)
b.      Roset batang, jika daun tersusun rapat pada ujung batang, misalnya pada tumbuhan kelapa (Cocus nucifera). Pada tumbuhan berkayu yang mempunyai dua macam percabangan, tegak (ortotrop) dan datar (plagiotrop), seringkali pada suatu tumbuhan dapat ditemukan filotaksis yang berbeda.
2. Pada tiap buku terdapat dua daun
            Berhadapan (folia oposita). Pada setiap buku terdapat dua daun yang kedudukan terpisah 180°. Pada asoka (Ixora paludosa Kurz), pasangan daun pada suatu buku membentuk sudut 90° dengan pasangan daun pada buku terdekat. Kedudukan semacam ini sering disebut berhadapan bersilang (folia oposita decussate).
3. Pada setiap buku terdapat lebih dari dua daun.
            Berkarang (folia verticilata), daun-daun pada karang atau buku yang beraturan letaknya saling berseling misalnya pada alamanda (Allamanda cathartica). Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan berkarang tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
            Apabila batang diandaikan sutu kerucut, maka pada batang pada tata letak daun tersebar dapat dibuat tiga garis imajinasi :
1.      Garis melingkar mendatar yang dapat ditempatkan sebagai buku tempat melekatnya daun
2.      Garis penghubung antara  suatu daun dengan puncak kerucut yang sering disebut ortostik
3.      Garis penghubung terdekat antara suatu daun pada suatu buku dengan daun pada buku-buku berikutnya. Garis ini melingkar sepiral dan dinamakan spiral genetic. Berdasarkan uraian diatas kalau dimulai dari suatu daun (daun 0), kemudian membuat garis penghubung antar daun 0 dengan daun pada buku-buku terdekat berikutnya, maka garis ( spiral genetik) ini pada saat memotong ortostik yang melalui daun 0 dapat menemukan daun yang tepat di atas daun 0. Jika untuk mencapai daun yang tepat diatas daun 0 garis spiral genetik perlu melingkari batang sebanyak a kali, dan dalam perjalan tersebut setelah meninggalkan daun 0, ditemukan sejumlah b daun, maka dapat disusun suatu pecahan.
Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b, juga dinamakan rumus daun atau disvergensi.
Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukan sudut antara dua daun berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang datar.jarak antara kedua daun berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut sudut divergensi, ternyata didapati pecahan a/b dapat terdiri dari pecahan ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21, dan seterusnya. Untuk menjelaskan tata letak daun, dapat dilakukan dengan membuat bagan tata letak daun dan diagram tata letak daunnya.
a.       Bagan tata letak daun.
Untuk membuat bagan tata letak daun, batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan digambar membujur ortostik-ortostiknya. Demikian pula pada buku-buku batangnya.
b.      Diagram tata letak daun.
Untuk membuat diagram tata letak daun, batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut memanjang, dengan buku-bukunya sebagai lingkaran-lingkaran sempurna. Jika diproyeksikan pada bidang datar, maka buku-buku tersebut akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak kerucut akan menjadi titik pusat lingkaran-lingkaran tadi.
Bagian batang atau cabang tempat duduknya daun disebut buku-buku, sedangkan bagian batang antara dua buku-buku disebut dengan ruas.Tata letak daun yaitu aturan letak daun-daun yang duduk pada batang tumbuhan. batang (nodus), bagian ini sering terlihat sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkar batang sebagai suatu cincin, contohnya pada bambu (Bambusa sp.)
Spirostik terjadi karena pertumbuhan batang tidak lurus tetapi memutar. Akibatnya ortostiknya ikut memutar dan berubah menjadi spirostik, contohnya :
- Pacing (Costus speciosus Smith), mempunyai satu spirostik.
Bupleurum falcatum, mempunyai dua spirostik.
- Pandan (Pandanus tectorius Sol.), memperlihatkan tiga spirostik.
Parastik yaitu urutan/barisan melengkung dari primordia yang sedang tumbuh. Contohnya pada tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat: kelapa sawit (Elaeis guinensis), duduk daun seakan-akan menurut garis-garis spiral ke kiri atau kekanan. Tampaknya lalu ada dua spiral ke kiri dan ke kanan.
II.3 Alat-Alat Tambahan (Organa Accessoria)
Bukan merupakan penjelmaan salah satu dari ketiga bagian pokok tumbuhan. Alat-alat ini dapat dibedakan dalam tiga golongan:
1.     Papila (papillae)
Merupakan penjolan-penjolan pada permukaan suatu alat, yang hanya merupakan peninggian dinding sel yang jika diraba akan terasa halus seperti beludru, biasanya terdapat pada daun mahkota bunga. Misalnya bunga telang (Clitoria ternatea L.)
2.       Rambut-rambut (trichoma)
Merupakan alat-alat tambahan berupa rambut-rambut atau sisisk-sisik, yang pada pembentukannya hanya kulit luar tubuh tumbuhan saja yang ikut mengambil bagian, sehingga alat tersebut sangat mudah ditanggalkan. Trikoma pada tumbuhan dapat berupa:           
a.        Sisik bulu (ramentum). Bulu-bulu yang pipih yang menutupi batang atau bagian-bagian tumbuhan yang lain. Misalnya pakis haji (Cycas rumphii Miq.)
b.     Sisik (lepis), bagian-bagian yang pipih menempel rapat pada alat-alat tumbuhan, misalnya pada daun atau tangkai daun. Misalnya daun durian (Durio zibethinus Murr.)
c.      Bulu-bulu atau rambut halus (pilus). Bulu-bulu atau rambut ini sangat bermacam-macam bentuk dan susunannya, ada yang bercabang, ada yang seperti bintang. Misalnya daun waru (Hibiscus tiliaceusL.)
d.     Rambut kelenjar (pilus capilatus). Bentuknya seperti bulu-bulu pada umumnya, tetapi dari bagian ujungnya dapat dikeluarkan suatu zat, misalnya semacam resin. Misalnya tembakau (Nicotiana tabacum L.)
3.       Emergensia (emergentia)
Merupakan alat tambahan yang tidak hanya tersusun atas bagian-bagian kulit luar, akan tetapi bagian yang lebih dalam daripada kulit luar ikut pula mengambil bagian dalam pembentukannya. Yang digolongkan dalam emergensia yaitu:
a.   Rambut-rambut gatal atau perangsang (stimulus). Misalnya kemaduh (Laportea stimulans Miq.)
b.  Duri tempel (aculeus). Misalnya mawar (Rosa sp.), dan pohon randu (Ceiba pentandra Gaertn.)



BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
1.     Berdasarkan susunan tulang daunnya, terdapat  empat macam susunan tulang daun (folium) yaitu menyirip (penninervis), menjari (palminervis), melengkung (cervinervis), dan sejajar (rectinervis).
2.     Tata letak daun adalah aturan mengenai letaknya daun pada suatu tumbuhan. Letak daun dipengaruhi oleh jumlah daun yang terdapat pada satu buku-buku batang, yaitu pada setiap buku-buku batang terdapat satu daun saja, dua daun atau lebih dari dua daun.
3.     Alat-alat tambahan (organa accessoria) dapat dibedakan dalam tiga golongan yaitu papila (papillae), rambut-rambut daun (trikoma), dan emergensia (emergentia)

Comments

Popular posts from this blog

PERKEMBANGAN IPTEK DALAM BIDANG BIOLOGI

KATA PENGANTAR        Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ‘’PERKEMBANGAN IPTEK DALAM BIDANG BIOLOGI”. Makalah ini berisikan informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang biologi atau yang lebih khususnya membahas tentang bioteknologi.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Makassar, 5 Desember 2013                                                                                                                     Penulis      

LAPORAN BIOKIMIA PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN VI PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM NAMA                                                : ASTRID SAFIRA IDHAM NIM                                                     : H41113341 KELOMPOK/KELAS                      : IV (EMPAT) / C HARI/TANGGAL PERCOBAAN : KAMIS / 4 DESEMBER 2014 ASISTEN                                            : NURUL FEBRIANI PUTRI LABORATORIUM BIOKIMIA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Seluruh reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel memerlukan jasa enzim, enzim disintesis di dalam sel, namun aktivitasnya tidak selalu di dalam sel. Berbagai reaksi kimia yang dikendalikan oleh enzim antara lain respirasi, pertumbuhan, perkembangan, kontraksi otot, fotosintesis, pencernaan, fiksasi nitrogen, pembentukan urin, dan lain-lain (Salisbury,