LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOKIMIA
PEMISAHAN DAN
IDENTIFIKASI ASAM AMINO
NAMA : ASTRID SAFIRA IDHAM
NIM : H41113341
HARI/TANGGAL : KAMIS / 30 OKTOBER 2014
KELOMPOK : IV (EMPAT) C
ASISTEN : AFMI PURWANTI
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam amino merupakan monomer
yang menyusun polimer-polimer pada protein. Seperti yang telah kita ketahui
sebelumnya bahwa secara umum ada tiga gugus yang reaktif pada asam amino yaitu
gugus karboksil, gugus amino, dan gugus rantai samping. Ketiga gugus ini dapat
diidentifikasi melalui uji spesifik, diantaranya adalah dengan melalui tes
ninhydrin, dan sebagainya. Akan tetapi, selain uji spesifik berdasarkan ciri
khas reaksi kimianya, asam amino dapat pula diidentifikasi bahkan dipisahkan
dengan beberapa metode, salah satunya adalah melalui kromatografi lapis tipis
(KLT).
Pemisahan asam amino dengan
metode ini didasari oleh kemampuan suatu jenis asam amino yang terlarut dalam
suatu campuran pelarut tertentu pada fasa stasioner atau yang lazim disebut
sebagai fasa diam, dimana bila suatu zat terlarut yang terdistribusi dalam dua
pelarut dengan volume yang sama dan tidak saling bercampur sehingga
perbandingan konsentrasi zat terlarut di dalam kedua pelarut seimbang. Pada kromatografi lapis
tipis, yang digunakan sebagai fasa stasioner adalah suatu lembaran tipis silika
gel.
Untuk memperoleh pemisahan
asam amino yang baik, dapat digunakan dua fase pelarut, dimana setiap jenis
asam amino mempunyai koefisien partisi tertentu untuk pasangan pelarut
tertentu. Perbandingan kecepatan perpindahan komponen dengan permukaan fasa
mobile merupakan dasar untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang dipisahkan.
Oleh karena itu melalui percobaan ini akan dilakukan pengidentifikasian asam
amino dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara
pemisahan dan identifikasi asam amino dalam suatu sampel dengan menggunakan
metode kromatografi.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu :
1.
Menentukan nilai Rf dari asam amino (arginin, glisin, histidin) dan sampel.
2.
Mengidentifikasi
asam amino dari larutan sampel melalui metode kromatografi lapis tipis.
1.3 Prinsip percobaan
Pemisahan asam amino secara kromatografi menggunakan KLT
atau plat kromatografi lapis tipis yang fase gerakannya dengan menggunakan
eluen yang terdiri atas campuran n-butanol, asam asetat dan air. Identifikasi
dilakukan dengan membandingkan jarak noda yang dihasilkan setelah penyemprotan
dengan larutan ninhidrin. Setelah itu membandingkan nilai Rf dari asam amino.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam amino yang
merupakan monomer (satuan pembentuk) protein amino adalah suatu senyawa yang
mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan gugus karboksil. Pada asam
amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang berdekatan dengan gugus
karboksil (C-α) atau dapat dikatakan juga bahwa gugus amina dan gugus karboksil
dalam asam amino terikat pada atom karbon yang sama (Tim Dosen Kimia, 2013).
Asam amino yang diperoleh
dari larutan hidrolisis protein adalah asam amino α. Artinya, gugus amino
berada pada atom karbon α, yaitu disebelah gugus karboksil. Kecuali glisin,
dengan R = H, asam amino α memiliki pusat stereogenik pada karbon α. Dengan
demikian, semua asam amino α kecuali glisin bersifat aktif optis (Lehninger,
1982).
Asam amino tidak hanya
berperan sebagai bahan bangunan protein, tetapi juga merupakan sumber daya
kimia bagi banyak senyawa yang membutuhkan nitrogen. Misalnya glisin diperlukan
untuk biosintyesis gugus heme dari hemoglobin. Triptofan merupakan pelopor bagi
suatu kelompok senyawa penting dalam biokimia system syaraf. Terosin merupakan
materi pemula bagi biosintesis dari pigmen kulit melanin (Tim Dosen Kimia,
2013).
Beberapa asam amino
tidak dapat disintesis dalam tubuh manusia oleh karenanya asam-asam amino
tertentu harus diperoleh secara langsung dari makanan atau minuman yang dikenal
sebagai asam amino esensial. Tergolong sebagai asam amino esensial adalah :
Arginin, Lisin, Triptofan, Histidin, Metionin, Valin, Isolensin, Lensin,
Finilalanin, Treonin, Argini dan Fenilalanin
Sangat dibutuhkan oleh bayi yang dalam pertumbuhan
(Tim Dosen Kimia, 2013).
Pada umumnya asam amino
larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti pada
eter, aseton dan kloroform. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang
terdiri atas beberapa atom karbon umumya kurang larut dalam air tetapi larut dalampelarut
organik (Poedjiadi, 1994).
Analisis asam amino dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, salah satu diantaranya
kromatografi lapis tipis. Pemisahan asam amino dengan metode ini didasari oleh
kemampuan suatu jenis asam amino yang terlarut dalam suatu campuran pelarut
tertentu pada fase stationer, dimana suatu zat terlarut yang terdistribusi
dalam dua pelarut dengan volume yang sama dan tidak saling bercampur sehingga
perbandingan konsentrasi zat terlarut didalam kedua pelarut seimbang
(Soedjiadi, 1988).
Asam amino dengan satu
gugus amino dan satu gugus karboksil lebih baik digambarkan sebagai struktur
ion dipolar. Gugus amino
diprotonasi dan hadir sebagai ion
amonium, sedangkan gugus karboksil kehilangan protonnya dan hadir sebagai ion
karboksilat. Struktur dipolar ini konsisten dengan sifat asam amino yang
seperti garam, yang memiliki titik leleh yang agak tinggi (bahkan yang paling
sederhana, glisina, meleleh pada suhu 233 °C)
dan kelarutannya dalam pelarut organik relatif rendah). Asam amino bersifat
amfoterik, artinya berperilaku sebagai asam dan mendonasikan proton pada basa
kuat, atau dapat juga berperilaku sebagai basa dan menerima proton dari asam
kuat. Perilaku ini dinyatakan dalam kesetimbangan berikut untuk asam amino
dengan satu gugus amino dan satu gugus karboksil (Hart, 2003).
Pada umumnya
asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik menggunakan enzim
maupun asam. Dengan cara ini diperoleh campuran bermacam-macam asam amino dan
untuk menentukan jenis asam amino maupun kuantitas masing-masing asam amino
perlu diadakan pemisahan antara asam-asam amino tersebut (Poedjiadi, 1994).
Protein yang
ditemukan kadang-kadang berkonjugasi dengan makromolekul atau mikromolekul
seperti lipid, polisakarida dan mungkin fosfat. Protein terkonjugasi yang
dikenal antara lain nukleoprotein, fosfoprotein, metaloprotein, lipoprotein,
flavoprotein dan glikoprotein. Protein yang diperlukan organisme dapat
diklasifikasikan menjadi dua golongan utama, ialah pertama; protein sederhana,
yaitu protein yang apabila terhidrolisis hanya menghasilkan asam amino, dan
kedua protein terkonjugasi, yaitu protein yang dalam hidrolisis tidak hanya
menghasilkan asam amino, tetapi menghasilkan juga komponen organik ataupun
komponen anorganik yang disebut “gugus prosthetic” (Poedjiadi, 1994).
Pada umumnya
asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik menggunakan enzim
maupun asam. Dengan cara ini diperoleh campuran bermacam-macam asam amino dan
untuk menentukan jenis asam amino maupun kuantitas masing-masing asam amino
perlu diadakan pemisahan antara asam-asam amino tersebut (Poedjiadi, 1994).
Pemisahan
dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik
kromatografi atau gabungan teknik tersebut. Keempat teknik kromatografi itu
adalah : Kromatografi Kertas (KKt), Kromatografi Lapis Tipis (KLT),
Kromatografi Gas Cair (KGC) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
(Meronda, 2009).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang
digunakan pada percobaan ini adalah larutan eluen (larutan n-butanol, larutan
asam asetat dan air = 25 : 6 : 26
v/v ), larutan ninhidrin 2 % dan larutan asam amino (asparagin, tirosin, dan sampel).
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang
digunakan pada percobaan ini adalah plat KLT (Kromatografi lapis tipis),
chamber, inkubator, botol
semprot, pipa
kapiler (0,5 µL) microsyringe dan gelas ukur.
3.3 Prosedur Percobaan
Eluen dibuat dengan
cara dicampurkan n-butanol, asam asetat, dan air dengan perbandingan 25 : 6 : 26 v/v. Kemudian larutan
eluen dimasukkan ke dalam chamber dan ditutup rapat dengan selotip hingga
chamber jenuh dengan larutan eluen, kurang lebih selama beberapa menit.
Kemudian sebuah plat KLT dibuat garis dengan pensil sejauh 1
cm pada bagian bawah plat dan 1
cm dari tepi atas plat. Selanjutnya, plat KLT dimasukkan ke dalam inkubator
selama beberapa
menit. Setelah itu, plat KLT ditotolkan larutan asam amino (asparagin, tirosin, dan larutan sampel) dengan menggunakan pipa
kapiler dengan jarak yang sama. Lalu, plat KLT dimasukkan ke dalam chamber yang
sudah jenuh dengan larutan eluen, tetapi totolan larutan asam amino tidak boleh
tercelup ke dalam larutan eluen. Elusi
dihentikan setelah eluen menempuh jarak yang telah ditentukan sebelumnya yaitu
garis ditandai dengan pensil. Plat KLT dikeluarkan dari chamber lalu
dikeringkan dalam inkubator. Dengan hati-hati, kertas disemprot dengan larutan
ninhidrin 2 % kemudian dikeringkan di dalam inkubator
kurang lebih pada suhu 60 oC
selama beberapa menit. Noda yang timbul
diberi lingkaran dengan pensil. Diukur jarak dari tempat totolan sampai ke noda
yang terpisah. Dihitung Rf dari setiap noda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.I Hasil
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan
Noda
|
Jarak
eluen
|
Jarak
noda (cm)
|
Rf
(cm)
|
Asparagin
|
-
|
-
|
-
|
Tirosin
|
6
|
3,7
|
0,616
|
Sampel
|
6
|
3,8
|
0,633
|
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan asam amino
yang melibatkan pemisahan terhadap
campuran berdasarkan perbedaan-perbedaan tertentu yang dimiliki oleh senyawanya.
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
R f
= jarak noda dari tempat penotolan
jarak yang ditempuh pelarut
Pada percobaan pemisahan dan
identifikasi asam amino ini dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi
lapis tipis (KLT) dan dilakukan perhitungan nilai dengan menggunakan rumus Rf
di atas. Beberapa
asam amino yang digunakan adalah alanin,
glisin, asam aspartat dan asam amino sampel X.
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memotong plat
KLT sesuai keperluan, lalu mengaktifkannya dengan cara dimasukkan ke dalam oven
pada suhu ± 60 oC selama ± 15 menit. Setelah itu memberi tanda pada
plat KLT menggunakan pensil sebagai batas 0,5 cm antara larutan yang satu dengan yang
lainnya dan beri garis 1 cm pada bagian atas plat dan 1 cm pada bagian
bawah plat.
Penggunaan pensil disini adalah agar tidak terjadi perembesan tinta pada plat
KLT.
Langkah selanjutnya menotoli plat dengan asparagin, tirosin, dan larutan sampel. Setelah itu, plat KLT yang
telah ditotoli beberapa larutan tadi dimasukan ke dalam chamber yang berisi
larutan eluen (campuran air, asam asetat, dan n-butanol). Campuran ini berfungsi
agar setiap asam amino dengan gugus yang berbeda dapat diidentifikasi. Adapun
dipilih campuran dari bahan tersebut karena memiliki perbedaan kepolaran dengan
urutan kepolaran yaitu air > n-butanol > asam asetat. Pada percobaan ini
proses elusi berjalan lambat, proses elusi berakhir (eluen sampai pada base
line) kurang lebih 20 menit.
Setelah absorben diangkat dari eluen, kemudian dikeringkan pada suhu kamar dan
disemprotkan dengan larutan ninhidrin.
Berdasarkan hasil pengamatan setelah plat disemprot dengan
ninhidrin 2% diperoleh hasil yaitu pada noda
tirosin, jarak
eluennya 6 cm, jarak
nodanya 3,7 cm sehingga
diperoleh Rf = 0616. Pada noda tirosin, jarak
eluennya 6 cm, jarak
nodanya 3,8 cm sehingga
diperoleh Rf = 0,633. Sedangkan pada sampel asparagine
tidak muncul noda, hal ini mungkin diakibatkan kesalahan atau kurangnya
ketelitian praktikan dalam melakukan prosedur kerja. Dari percobaan
ini dapat diketahui bahwa larutan sampel memiliki Rf yang hampir sama dengan tirosin, dapat diambil
hipotesa bahwa larutan sampel adalah tirosin atau senyawa asam amino yang mempunyai
gugus fungsi yang mirip dengan
tirosin.
Comments
Post a Comment