LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
PERCOBAAN VI
PENGARUH
TEMPERATUR TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM
NAMA : ASTRID SAFIRA IDHAM
NIM : H41113341
KELOMPOK/KELAS :
IV (EMPAT) / C
HARI/TANGGAL PERCOBAAN : KAMIS
/ 4 DESEMBER 2014
ASISTEN : NURUL FEBRIANI PUTRI
LABORATORIUM
BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seluruh reaksi
kimia yang berlangsung di dalam sel memerlukan jasa enzim, enzim disintesis di
dalam sel, namun aktivitasnya tidak selalu di dalam sel. Berbagai reaksi kimia
yang dikendalikan oleh enzim antara lain respirasi, pertumbuhan, perkembangan,
kontraksi otot, fotosintesis, pencernaan, fiksasi nitrogen, pembentukan urin,
dan lain-lain (Salisbury, 1995).
Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi
sebagai katalisator untuk berbagai reaksi kimia dalam sistem biologis. Hampir setiap reaksi kimia di dalam sistem biologis dikatalisis oleh enzim.
Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan sebagian besar enzim dapat diekstraksi
dari sel tanpa merusak fungsi dari sel tersebut (Poedjiadi,
1994).
Enzim
bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses
reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan
yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim
bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada
satu macam senyawa atau reaksi kimia (Gunam dkk,
2011).
Enzim bekerja pada kisaran suhu tertentu. Suhu
rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat
bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan
mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah
enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi
enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum. Berdasarkan teori
tersebut, maka dilakukanlah percobaan ini untuk mengaplikasikan, membuktikan
dan menguji kebenaran dari teori tersebut agar dapat lebih mudah untuk dipahami
dan dipelajari.
1.2
Maksud dan
Tujuan
1.2.1
Maksud
Percobaan
Maksud
dilakukannya percobaan ini adalah untuk memahami dan mempelajari pengaruh
temperatur terhadap aktivitas kerja enzim.
1.2.2
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan kali ini adalah
untuk mengetahui suhu optimum dari aktivitas enzim amilase yang terdapat dalam
saliva.
1.3 Prinsip Percobaan
Menentukan keaktifan dari enzim amilase
berdasarkan waktu penguraian amilum menjadi glukosa pada berbagai temperatur
dan diuji dengan iodin pada interval waktu tertentu sampai warna biru yang
terbentuk berubah menjadi bening.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enzim
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang
berfungsi sebagai katalis
(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim
bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat
yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi
karena enzim menurunkan energi
pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah
terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, artinya setiap
jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal
ini disebabkan perbedaan struktur
kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai
contoh, enzim α-amilase hanya
dapat digunakan pada perombakan
pati menjadi
glukosa (Gunam dkk, 2011).
Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk
proses biokimia yang terjadi di dalam maupun di luar sel. Suatu enzim dapat
mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat
daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat
berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai derajat
kekhasan yang sangat tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat
menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang
membutuhkan energi (endergonik) dan ada pula yang menghasilkan energi atau
mengeluarkan energi (eksergonik). Dengan adanya katalis atau enzim, harga
energi aktivasi diperkecil atau diturunkan. Dengan demikian akan dapat
memudahkan atau mempercepat terjadinya suatu
reaksi (Poedjiadi, 1994).
Enzim mempunyai sifat-sifat sebagai berikut (Salisbury, 1995):
b. Termolabil, mudah rusak, bila dipanasi lebih dari suhu 60 ºC, karena
enzim tersusun dari protein yang mempunyai sifat thermolabil.
enzim tersusun dari protein yang mempunyai sifat thermolabil.
c. Merupakan
senyawa protein sehingga sifat protein tetap melekat
pada enzim.
pada enzim.
d. Dibutuhkan
dalam jumlah sedikit, sebagai biokatalisator, reaksinya
sangat cepat dan dapat digunakan berulang-ulang.
sangat cepat dan dapat digunakan berulang-ulang.
e. Bekerjanya
ada yang di dalam sel (endoenzim) dan di luar sel
(ektoenzim), contoh ektoenzim: amilase, maltase.
(ektoenzim), contoh ektoenzim: amilase, maltase.
|
juga yang mengkatalisis reaksi dua arah, contoh : lipase, mengkatalisis pembentukan dan penguraian lemak.
Lemak +
H2O
Asam lemak + Gliserol
g. Bekerjanya
spesifik; enzim bersifat spesifik, karena bagian yang aktif
(permukaan tempat melekatnya substrat) hanya setangkup dengan permukaan substrat tertentu.
(permukaan tempat melekatnya substrat) hanya setangkup dengan permukaan substrat tertentu.
h. Umumnya
enzim tak dapat bekerja tanpa adanya suatu zat non
protein tambahan yang disebut kofaktor.
protein tambahan yang disebut kofaktor.
Faktor-faktor
lain yang juga dapat mempengaruhi kerja enzim adalah sebagai berikut
(Poedjiadi, 1994) :
a. Konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang
menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu
konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya
konsentrasi enzim.
|
b.
Konsentrasi substrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat
akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak
terjadi kecepatan reaksi, walaupun konsentrasi substrat diperbesar.
|
c.
Suhu
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi
menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena
enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi
dan bagian aktif enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim
berkurang.
|
d.
Pengaruh pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya
berkisar antara pH 4,5-8.0. Tetapi ada beberapa enzim yang kisaran pHnya
sempit, misalnya peptin yang kisaran pHnya 1,8 dan arginase yang mempunyai pH
optimum 10,0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim
menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
|
e.
Pengaruh Inhibitor
Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap
penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan.
|
Pemanfaatan enzim sebagai katalisator
reaksi-reaksi biologi dalam bidang industry pertanian termasuk pangan, farmasi
dan kedokteran terbukti memberikan manfaat dan keuntungan yang luar biasa bagi
manusia. Teknologi pemanfaatan enzim berkembang dengan sangat pesat dan
mendapat prioritas untuk dikembangkan di Indonesia (Gunam dkk, 2011).
2.2 Enzim amilase
Dalam
tubuh manusia terdapat bermacam-macam proses biokimia dan tiap proses
menggunakan katalis enzim tertentu. Untuk membedakannya maka setiap enzim
diberi nama. Secara umum nama tiap enzim disesuaikan dengan nama substratnya,
dengan penambahan “ase” dibelakangnya. Substrat adalah senyawa yang bereaksi
dengan bantuan enzim. Sebagai contoh enzim yang menguraikan urea (substrat)
dinamakan urease (Poedjiadi, 1994).
Selain
mampu meningkatkan reaksi, enzim memiliki dua sifat lain sebagai katalis
sejati. Pertama, enzim tak berubah oleh reaksi yang dikatalisnya. Kedua (dan
yang penting), walaupun dapat mempercepat reaksi, enzim tidak mengubah
kedudukan normal dari kesetimbangan kimia. Dengan kata lain, enzim dapat
membantu mempercepat pembentukan produk, tetapi akhirnya jumlah produk tetap
sama dengan produk yang diperoleh tanpa enzim (Lehninger, 1982).
2.3 Amilum
(Pati)
Amilum
sebagai polisakarida yang terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar
tumbuhan. Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi,
daun, batang dan biji-bijian. Batang pohon sagu mengandung pati yang setelah
dikeluarkan dapat dijadikan bahan makanan rakyat di daerah Maluku. Umbi yang
terdapat pada ubi jalar atau akar pada ketela pohon atau singkong mengandung
pati yang cukup banyak, sebab ketela pohon tersebut selain dapat digunakan
sebagai makanan sumber karbohidrat, juga digunakan sebagai bahan baku dalam
pabrik tapioka (Poedjiadi, 1994).
Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah
polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28 %) dan sisanya
amilopektin. Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam
sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan
enzim amilase. Dalam ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas
terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat dalam makanan kita.
Oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk
maltosa (Poedjiadi, 1994).
Oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk
maltosa (Poedjiadi, 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3. 1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini
adalah larutan pati (amilum) 1 %, saliva 1 mL (enzim amilase), iodin 0,01 M, akuades,
tissue roll dan es batu.
3. 2 Alat Percobaan
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya ialah tabung reaksi,
rak tabung reaksi, gelas ukur 10 mL, inkubator, pipet tetes, pipet skala 1 mL, stopwatch, plat tetes, sikat tabung,
kompor listrik, dan gegep.
3. 3 Prosedur Percobaan
Sebanyak 4 buah tabung reaksi disiapkan dan masing-masing
diisi dengan 2,5 mL larutan pati (amilum) 1 %. Kemudian disiapkan pula 4 tabung
reaksi lain dan masing-masing diisi dengan 0,5 mL saliva encer. Tabung pertama
yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva encer dimasukkan dalam
air es (0 oC). Tabung kedua
yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva encer ditempatkan pada
suhu kamar (25 oC). Tabung ketiga yang berisi larutan pati dan
tabung yang berisi saliva encer dimasukkan dalam inkubator (38 oC).
Tabung keempat yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva encer
dimasukkan dalam penangas air (100 oC). Semua tabung dibiarkan
selama 5 menit dan kemudian pada masing-masing tabung yang berisi larutan pati
dan saliva paa suhu yang sama di campurkan. Pada setiap interval 5 menit,
diambil contoh dari masing-masing larutan dan diteteskan pada plat tetes
kemudian ditetesi iodin 0,01 M sebanyak 1 tetes. Ulangi setiap interval 5 menit
sampai larutan menjadi bening.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil pengamatan
4.1.1
Tabel pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim amilase
Waktu (menit)
|
Warna
|
|||
Tabung I
( 0oC) |
Tabung II
(25 ºC) |
Tabung III (38 ºC)
|
Tabung IV (100 ºC)
|
|
5
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + +
|
10
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + +
|
15
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + +
|
+ +
|
20
|
+ +
|
+ + +
|
+ +
|
-
|
25
|
+ +
|
+ + +
|
-
|
|
30
|
-
|
+ +
|
|
|
35
|
|
-
|
|
|
Keterangan:
+ + + = Biru tua
+ + = Biru muda
- = Bening
4.1.2 Tabel
waktu laju perubahan warna terhadap nilai 1/t
Temperatur
|
Waktu (t)
|
1/t
|
0ºC
|
30
|
0,03
|
25 ºC
|
35
|
0,02
|
38 ºC
|
25
|
0,04
|
100 ºC
|
20
|
0,05
|
4.1.3
Grafik
4.2
Reaksi
Reaksi dari percobaan ini adalah :
4.3
Pembahasan
Pada
percobaan ini akan ditentukan suhu optimum dari enzim amilase. Tabung pertama yang berisi larutan pati dan
tabung yang berisi saliva encer dimasukkan dalam air es (0 oC). Tabung kedua yang berisi
larutan pati dan tabung yang berisi saliva encer ditempatkan pada suhu kamar
(25 oC). Tabung ketiga yang berisi larutan pati dan tabung yang
berisi saliva encer dimasukkan dalam inkubator (38 oC). Tabung
keempat yang berisi larutan pati dan tabung yang berisi saliva encer dimasukkan
dalam penangas air (100 oC). Semua tabung dibiarkan selama 5 menit
dan kemudian pada masing-masing tabung yang berisi larutan pati dan saliva paa
suhu yang sama di campurkan. Pada
interval 5 menit, diambil contoh masing-masing larutan dan diteteskan pada plat
tetes kemudian ditetesi iodin 0,01 M sebanyak 1 tetes. Ulangi setiap interval 5
menit sampai larutan menjadi bening.
Berdasarkan tabel pengamatan diperoleh hasil yaitu
keempat tabung yang mengalami perubahan warrna menjadi bening yaitu tabung I
suhu (0 oC) mengalami perubahan menjadi bening pada menit ke 30,
tabung II (25 oC) mengalami perubahan menjadi bening pada menit ke
35, tabung III (38 oC) mengalami perubahan pada menit ke 25,
selanjutnya yang terjadi pada tabung IV yang dimasukkan ke dalam penangas air
(suhu 100 oC) mengalami perubahan warna pada menit ke 20.
Berdasarkan
teori dapat diketahui bahwa enzim amilase dapat bekerja secara optimum pada
suhu 38-40 oC. Kebanyakan enzim tidak menunjukkan kegiatan lagi, jikalau
temperatur turun sampai sekitar 0 oC, namun enzim-enzim itu tidak
binasa. Jika dikembalikan kepada temperatur yang biasa, maka kegiatan enzim
pulih kembali seperti sebelum mengalami pendinginan titik beku. Sebaliknya,
akibat pemanasan jauh lebih buruk daripada akibat pendinginan. Selain itu, hal
ini jika suhu berada di bawah 38 oC suhu tersebut dapat menghidrolisis secara lambat, temperatur jika lebih dari 40 oC dapat
mengalami kerusakan struktur pada suatu larutan.
Pada percobaan ini digunakan perlakuan suhu
yang berbeda-beda yaitu pada suhu 0 oC, 25 oC, 38 oC, dan 100 oC. Seharusnya pada suhu 0 oC
aktivitas enzim menurun dengan kata lain sangat lambat hal ini disebabkan
karena pada suhu ini enzim membeku sehingga pusat aktif dari enzim tidak
bekerja, pada suhu 25 oC, enzim dapat bekerja tetapi memerlukan waktu yang sangat lama,
kemudian pada suhu 38-40 oC kerja amilase untuk menghidrolisis amilum menjadi
satuan glukosa menjadi lebih cepat bereaksi, pada suhu 100 oC, dari
hasil percobaan merupakan uji yang
tercepat bereaksi hal ini dikarenakan suhu pada air yang di panaskan
mungkin tidak mencapai 100 oC. Oleh karena itu seharusnya larutan ini tidak bereaksi karena enzim kurang reaktif
bahkan sudah mulai rusak karena pada suhu yang sangat tinggi, enzim dapat
mengalami denaturasi yang menyebabkan bagian aktif enzim terganggu dengan
demikian konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya
pun menurun.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa suhu optimum untuk
enzim amilase adalah 100 0C.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Laboratorium
Sebaiknya
larutan yang mulai kurang atau habis ditambah agar praktikan tidak kesulitan
dalam mengambil larutan dari botol, serta dimohon agar disetiap meja disediakan
larutan dan alat yang lengkap agar praktikan tidak perlu lagi ke meja lain
untuk mengambil alat atau larutan.
5.2.2 Saran untuk Percobaan
Percobaan yang telah dilakukan sudah cukup baik dan praktikan
mengerti dalam mengerjakannya, walaupun ada beberapa bagian yang mengalami
kesalahan.
5.2.3 Saran untuk Asisten
Asisten sudah sangat baik dalam mendampingi praktikan, serta sudah
sangat jelas dalam memberikan pengarahan tentang percobaan pengaruh suhu
terhadap aktivitas suatu enzim
DAFTAR
PUSTAKA
Gunam, Ida Bagus Wayan, dkk. 2011, Pengaruh Perlakuan Delignifikasi Dengan
Larutan NaOH dan Konsentrasi
Substrat Jerami Padi Terhadap produksi Enzim Selulase Dari Aspergillus niger
NRRLA-II264 (online),
Jurnal Biologi XIV (1), halaman 55-61, http://ojs.unud.ac.id/index.php/BIO/artic
le/download/596/411, diakses
pada tanggal 7 Desember 2014, pada pukul 21.00 WITA.
Lehninger, A.L., 1997. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Poedjiadi, A.,
1994. Dasar-Dasar Biokimia.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Salisbury, F. dan Ross, C.W., 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Institut
Teknologi
Bandung. Bandung.
LEMBAR
PENGESAHAN
Makassar, 16
Desember 2014
Asisten Praktikan
NURUL FEBRIANI PUTRI ASTRID SAFIRA IDHAM
NIM. H31110266 NIM. H41113341
Lampiran 2 Foto Hasil Percobaan
Lampiran 1. Bagan Kerja Pengaruh Temperatur terhadap
Aktivitas Enzim
-
4 buah tabung reaksi masing-masing diisi
2,5 mL
-
Masing-masing tabung ditambahkan saliva
encer 0,5 mL
-
Tabung I dicelupkan dalam air es, tabung II
pada temperatur suhu kamar 25 0C, tabung III pada inkubator 38 0C,
dan tabung IV pada penangas air 100 0C
-
Setelah 5 menit, masing-masing tabung
ditambahkan 1 tetes saliva encer
-
Pada interval 5 menit, diambil larutan
masing-masing tabung dan ditempatkan pada plat tetes yang berisi iodin 0,01 M
-
|
-
4 buah tabung reaksi diisi dengan saliva
encer 1 mL
-
Tabung I dicelupkan dalam air es, tabung II
pada temperatur suhu kamar 25 0C, tabung III pada inkubator 38 0C,
dan tabung IV pada penangas air 100 0C
-
Setelah 5 menit, masing-masing tabung
ditambahkan 1 tetes saliva encer
-
Pada interval 5 menit, diambil contoh dari
masing-masing tabung dan dites pada plat tetes, dan ditetesi dengan
iodin 0,01 M sebanyak 1 tetes
iodin 0,01 M sebanyak 1 tetes
-
|
Comments
Post a Comment