LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
PENETAPAN
KESEGARAN SUSU
NAMA : ASTRID SAFIRA IDHAM
NIM : H41113341
KELOMPOK :
IV (EMPAT)
HARI/TANGGAL PERCOBAAN :
KAMIS/27 NOVEMBER 2014
ASISTEN : RISKA
LABORATORIUM
BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Manusia
membutuhkan berbagai macam gizi untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Hal
tersebut bisa diperoleh dari berbagai makanan yang dikonsumsi oleh manusia,
salah satunya yaitu dari susu segar. Susu segar adalah air susu yang tidak
dikurangi atau ditambah apapun yang diperoleh dari perahan sapi yang sehat
secara kontinyu dan sekaligus sempurna (Resnawati, 2010).
Susu
adalah salah satu sumber penting yang banyak mengandung protein protein, riboflavin dan kalsium serta
memberikan sejumlah penting vitamin B dan vitamin A. Namun susu bukanlah
merupakan makanan sempurna bagi manusia karena susu relatif kekurangan zat
besi, vitamin C dan vitamin D. Pada pemasakan yang lebih lama mungkin terjadi
karamelisasi laktosa. Sebagian vitamin C dan tiamin susu rusak oleh pemasakan (Resnawati, 2010).
Susu merupakan bahan
makanan yang mudah rusak, oleh sebab itu perlu mendapat perawatan secara
khusus. Setelah itu air susu diperah, segera dibawa ke kamar susu, kemudian
disaring. Penyaringan itupun perlu dilakukan dengan segera guna menghindari
agar jangan sampai kuman-kuman yang hinggap pada kotoran di dalam air susu
mendapat kesempatan untuk berkembang-biak lebih lanjut. Sesudah air susu
disaring, barulah ditakar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah produksi.
Kemudian air susu dari beberapa ekor sapi tersebut dicampur perlahan-lahan
sampai menjadi campuran air susu yang homogen. Susu mengandung suatu enzim yang mengkatalisis oksidasi macam-macam aldehid
menjadi asam.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud
dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari cara penetapan kesegaran susu dengan menggunakan uji metilen biru
sebagai indikator.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini adalah :
1. Menentukan pengaruh
pemanasan terhadap kesegaran susu.
2. Menentukan pengaruh
penambahan formaldehid terhadap kesegaran susu.
1.3 Prinsip Percobaan
Menentukan kesegaran susu
dengan mereaksikan susu segar dengan perlakuan pemanasan, penambahan
formaldehid atau air dan mengidentifikasi dengan metilen biru sehingga enzim
schardinger yang terdapat dalam susu mengkatalisis oksidasi formaldehid menjadi
asam-asam dalam suasana anaerob yang terlihat dari perubahan warna dari biru
menjadi putih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Susu adalah cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar susu (mammae), baik dari binatang maupun dari
buah dada seorang ibu. Air susu ibu biasa dikenal dengan ASI sedangkan air susu
hewan atau susu tiruan sebagai pengganti susu ibu disebut Pengganti Air Susu Ibu
atau PASI pada umumnya adalah air susu dari berbagai binatang ternak, misalnya
sapi, kerbau, kambning da nada pula yang menggunakan air susu unta atau kuda (Sediaoetama, 1987).
Susu dari asal katanya adalah cairan yang tak
tembus cahaya yang dihasilkan oleh kelenjar susu dan terdiri atas air, protein
susu (kasein), lemak, karbohidrat (laktosa) dan beberapa zat lain. Susu emulsi
lemak dalam air dengan kasein sebagai zat pengemulsi/emulgator (Lehninger, 1992).
Susu merupakan bahan baku dari semua produk yang
mengandung bahan yang beraroma atau rasa susu. Susu sebagian besar digunakan
sebagai suatu produk pangan. Jika dipandang
dari segi gizi, susu merupakan
satu-satunya bahan makanan yang hampir
sempurna dan merupakan makanan alamiah yang tidak saja bagi hewan yang menyusui juga untuk manusia, dimana susu merupakan satu-satunya
sumber makanan pemberi kehidupan segera
sesudah lahir (Lehninger, 1995).
Susu segar adalah susu
hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau ditambahkan bahan apapun dari
pemerahan susu sapi yang sehat. Kriteria untuk air susu sapi yang baik setidak-tidaknya memenuhi
hal-hal berikut ini : (i) bebas
dari bakteri patogen, (ii) bebas dari zat-zat berbahaya ataupun toksin seperti
insektisida, (iii) tidak tersemar oleh debu dan kotoran, (iv) zat gizi tidak
menyimpang dari codex air susu,
dan (v) memiliki cita rasa normal (Resnawati, 2010).
Susu merupakan bahan
pangan yang bernilai gizi tinggi yang dikenal sebagai bahan yang tidak tahan
lama dan mudah rusak (perishable food), hal ini disebabkan karena susu
mempunyai kandungan air yang tinggi, pH yang mendekati normal dan kandungan
nutrientnya yang tinggi. Faktor-faktor ini merupakan keadaan yang cocok untuk
pertumbuhan optimum mikroorganisme (Resnawati, 2010).
Dalam protein yang ada pada susu terdapat
enzim, yang dapat bereaksi dengan zat lain. Dalam tubuh manusia terjadi
bermacam-macam proses biokimia dan tiap proses menggunakan katalis enzim
tertentu. Untuk membedakannya maka tiap enzim diberi nama. Secara umum nama
tiap enzim disesuaikan dengan nama substratnya, dengan penambahan ‘ase’ di
belakangnya (poedjiadi, 2006).
Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk
proses biokimia yang terjadi dalam sel
maupun di luar sel. Suatu
enzim dapat mempercepat 108 sampai 1011
kali lebih cepat
daripada apabila reaksi
tersebut dilakukan tanpa katalis yang sangat efisien, di samping
itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi (poedjiadi,
2006).
Air susu yang normal atau sehat mempunyai
sifat-sifat tertentu yang dapat dilihat dari (Resnawati, 2010) :
1.
Warna
Warna air susu yang sehat adalah putih
kekuning-kekuningan dan tidak tembus cahaya. Air susu yang berwarna agak merah
atau biru, terlalu encer seperti air adalah susu yang tidak normal. Warna air
susu yang kemerah-merahan memberi dugaan bahwa air susu tersebut berasal dari
sapi yang menderita Mastitis. Warna kebiruan menunjukkan bahwa air susu telah
dicampur air terlampau banyak. Sedang susu yang berlendir, bergumpal,
menandakan bahwa air susu tersebut sudah rusak.
2.
Bau dan rasa
Air susu yang masih segar dan murni memiliki
bau yang khas. Bau yang asam menunjukkan bahwa air susu sudah basi, terlalu
lama disimpan. Air susu yang berbau busuk menunjukkan bahwa air susu sudah
rusak sama sekali. Air susu yang masih segar dan murni rasanya enak, sedikit
manis dan agak berlemak. Air susu yang rasanya asin, atau mungkin agak masam,
pahit, menunjukkan bahwa susu itu sudah mulai rusak. Rasa hambar berarti air
susu itu banyak dicampuri air.
3. Berat jenis
Berat jenis pada air susu sangat dipengaruhi
oleh:
a.
Susunan air susu itu sendiri
Dalam hal ini yang menentukan ialah kadar bahan
keringnya. Semakin tinggi kadar bahan keringnya maka akan semakin tinggi pula
berat jenisnya dan demikian sebaliknya.
b.
Temperatur
Air susu akan mengembang pada suhu yang semakin
tinggi, per satuan volume air susu pun mengembang pula menjadi menjadi ringan.
Dan sebaliknya, dengan pendinginan, air susu akan menjadi padat sehingga per
kesatuan volume akan menjadi lebih berat. Oleh karena itu, di Indonesia berat
jenis air susu itu ditetapkan pada temperatur 25o (suhu kamar).
4.
Derajat keasaman
Susu yang normal derajat keasamannya sekitar 4
– 7,5 oSH. Susu yang rusak derajat keasamannya akan meningkat.
Susu merupakan salah satu bahan
pangan yang kaya akan zat gizi. Kandungan protein, glukosa, lipid, garam
mineral, dan vitamin dengan pH sekitar 6,80 menyebabkan mikroorganisme mudah
tumbuh dalam susu. Secara alami, susu mengandung mikroorganisme kurang dari
5x103 per mL jika diperah dengan cara yang benar dan berasal dari
sapi yang sehat (Suwito, 2010).
Berdasarkan SNI 01-6366-2000, batas
cemaran mikroba dalam susu segar adalah Total Plate Count (TPC) <
3x104 cfu/mL, koliform < 1x101 cfu/mL, Staphylococcus
aureus 1x101 cfu/mL, Escherichia coli negatif, Salmonella
negatif, dan Streptococcus group B negatif. Beberapa bakteri seperti
Listeria monocytogenes, Camphylobacter jejuni, E. coli, dan Salmonella
sp. dilaporkan mengontaminasi
susu dengan prevalensi kecil (Suwito, 2010).
Ada 3 komponen dalam air susu yang mempengaruhi mutu susu
dalam pengolahan antara lain (Setiawati dan Rahayu, 1992) :
a. Lemak
susu
Lemak susu mempunyai
nilai gizi yang tinggi karena jumlah kalori yang dikandungnya, vitamin-vitamin
dan asam-asam lemak esensial. Lemak susu menentukan rasa, bau dan tekstur air
susu.
b. Laktosa
Laktosa merupakan
karbohidrat yang digunakan untuk pembuatan bahan makanan bayi. Penyerapan
laktosa dalam dinding usus dapat merangsang penyerapan kalsium, fosfor dan
mineral lain yang disebabkan karena kenaikan daya serap (permeabilitas) dinding
sel.
c. Protein
Komponen protein susu antara kasein, laktoglobin dan
laktaalbumin yang dihasilkan dari proses sedimentasi. Koagulasi protein susu
yang disebabkan kontaminasi susu dengan bakteri-bakteri merupakan hal yang
tidak dikehendaki karena menyebabkan rusaknya air susu. Kasein susu digunakan
unutk pembuatan lem, industri cat yang larut dalam air dan industri plastik.
Uji metilen biru dapat memberikan
gambaran perkiraan jumlah bakteri yang terdapat dalam susu. Pada uji ini akan
ditambahkan sejumlah zat yang biru ke dalam susu, kemudian diamati waktu yang
dibutuhkan oleh bakteri dalam susu tersebut untuk melakukan aktifitas yang
dapat mengakibatkan perubahan warna zat tersebut. Semakin tinggi jumlah bakteri
dalam susu tersebut, semakin cepat terjadinya perubahan warna zat tersebut. Uji
metilen biru didasarkan pada kemampuan bakteri dalam susu untuk tumbuh dan
menggunakan oksigen terlarut, sehingga menyebabkan perubahan penurunan kegiatan
oksidasi-reduksi dari campuran tersebut. Maka akibatnya metilen biru yang ditambahkan
akan tereduksi menjadi putih metilen. Selain itu bekerja pula enzim yang
disebut Schardinger
enzyme (Suwito, 2010).
Susu tersusun dari
berbagai nutrien, baik yang terlarut dalam air maupun terdispersi dalam bentuk
koloid. Sistem koloid tersebut bersifat kompleks, tetapi pada dasarnya
merupakan emulsi lemak dalam air susu. Susu segar adalah susu murni, tidak
mengalami pemanasan, dan tidak ada penambahan bahan pengawet. Susu sapi segar
mengandung air (87,25%), laktosa (4,8%), lemak (3,8%), kasein (2,8%), albumin
(0,7%), dan garam-garaman (0,65%). Selain itu perlu kita tahu bahwa susu juga
mengandung vitamin, sitrat, dan enzim (Suwito,
2010).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah susu segar, larutan metilen biru 0,02%, larutan
formaldehid 0,5%, vaselin, akuades, es batu, kertas label, dan tissue roll.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah tabung Thunberg, rak tabung reaksi, pipet tetes, pipet
skala 2 mL, gegep, gelas kimia 500 mL, penangas air dan inkubator.
3.3 Prosedur Kerja
Tiga buah
tabung Thunberg diisi dengan 5 mL susu pada setiap tabung kemudian tabung
pertama dipanaskan dalam penangas air dan didihkan selama 1 menit atau
sampai mendidih. Sedangkan
pada tabung kedua dan ketiga tidak diadakan pemanasan. Selanjutnya sebanyak 1
tetes Mb 0,02 % ditambahkan pada setiap tabung. Sebanyak 1 mL formaldehid 0,5 %
dipipet ke bagian dalam tutup tabung Thunberg pada tabung pertama dan kedua,
sedangkan pada tabung ketiga dipipet 1 mL akuades. Lalu dinding tutup tabung diolesi dengan vaselin
lalu ditempatkan pada tempatnya sehingga lubang pada tutup tersebut tepat pada
pipa samping. Setelah itu ketiga tabung divakumkan dengan tabung tetap dalam
air es (putar terlebih dahulu tutup tabung sebelum dilepaskan dari pompa). Ketiga tabung ditempatkan dalam inkubator
dengan suhu 40 ºC selama 5 menit.
Kemudian isi tabung dengan isi
yang berada dalam tutup dicampurkan, lalu pemanasan diteruskan dalam
inkubator. Perubahan yang terjadi
diamati setiap 5 menit sampai
terlihat perbedaan warna yang cukup signifikan pada setiap tabung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel
1. Tabel hasil pengamatan penetapan kesegaran susu
Waktu (menit)
|
Tabung I
|
Tabung II
|
Tabung III
|
5
|
+ + + +
|
+ + + +
|
+ + + +
|
10
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + +
|
15
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
20
|
+
|
+
|
+
|
25
|
+
|
_
|
−
|
30
|
+
|
_
|
_
|
Keterangan:
Tabung I : Susu dipanaskan + metilen blue +
formaldehid
Tabung II :
Susu + metilen blue + formaldehid
Tabung III : Susu + metilen blue + akuades
+ + + + + : Sangat biru
++++ : Biru
+++ : Agak biru muda
++ :
Biru muda
+ : Agak
putih kebiruan
- : Putih
4.2 Reaksi
Adapun
reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu :
|
4.3 Pembahasan
Pada percobaan ini di
berikan Mb (Metilen Biru). Uji metilen Biru didasarkan pada kemampuan bakteri
dalam susu untuk tumbuh dan menggunakan oksigen yang terlarut sehingga
menurunkan oksidasi reduksi dari campuran tersebut sehingga mengakibatkan
metilen biru yang ditambahkan akan tereduksi menjadi warna putih yang
sebelumnya warna biru.
Percobaan ini, digunakan
tiga tabung Thunberg. Pada tabung I
dan II, tutupnya diberi larutan formaldehid sedangkan pada tabung
III diberi air suling (akuades). Hal ini dilakukan untuk membandingkan kerja
enzim pada substrat yang berbeda. Kemudian pada tabung I, dilakukan pemanasan
terlebih dahulu untuk mengamati pengaruh pemanasan terhadap keaktifan enzim.
Selanjutnya, ketiga tabung
tersebut divakumkan untuk menghilangkan udara pada tabung. Pengolesan vaselin
pada tepi tabung dilakukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung
melalui celah-celah dan pemvakuman tabung dengan cara menghisap udara dalam
tabung bertujuan untuk meminimalkan udara dalam tabung karena enzim Schardinger dalam susu bekerja dalam
suasana anaerob.
Setelah itu tabung-tabung
yang telah tertutup dimasukkan ke dalam inkubator bersuhu 40 oC
selama 5 menit agar suasana dalam ketiga tabung sama pada suhu dimana enzim
bekerja, yaitu suhu optimum yang sesuai dengan suhu tubuh dari hewan atau
mamalia sekitar 40 oC – 50 oC.
Pada tabung I yang diberi
formaldehid dan dipanaskan terlebih dahulu, tidak mengalami perubahan warna
hingga menit ke-30 karena kemungkinan enzim tidak bekerja sehingga tidak
menghasilkan perubahan.
Pada tabung II yang diberi
formaldehid terjadi perubahan warna. Dan mengalami perubahan pada menit ke-10
yaitu menjadi warna biru. Selanjutnya mengalami perubahan warna pada menit
ke-15 yaitu menjadi warna agak biru muda dan setelah itu tidak mengalami lagi
perubahan hingga ke menit terakhir
(menit ke-30).
Pada tabung III yang
diberi akuades cepat mengalami peruabahan karena metilen biru akseptor hidrogen
dari asam akan tereduksi menjadi putih. Dari larutan yang awalnya berwarna
sangat biru dari setiap 5 menit mengalami perubahan hingga menjadi warna sangat
putih kebiruan. Namun menurut teori tabung yang seharusnya mengalami perubahan
dari biru tereduksi menjadi putih adalah tabung II. Hal ini terjadi karena
kemungkinan adanya kesalahan pada pencampuran larutan atau bisa saja kadar asam
laktat pada susu tersebut tidak normal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1.
Pemanasan yang tinggi dapat merusak
enzim yang terdapat dalam susu.
2.
Enzim pada susu dapat mengkatalisis
oksidasi formaldehid dengan berubahnya warna pada metilen biru dari biru
menjadi putih.
5.2 Saran
Sebaiknya asisten membantu praktikan dalam mereaksikan
zat yang akan dipraktikumkan. Saran untuk lab, dimohon agar larutan yang ada di
lab ditambah bila mulai habis, agar praktikan tidak kesulitan dalam
mengambilnya dari botol larutan. Percobaan ini sangat bermanfaat, karena dapat
diaplikasikan di kehidupan sehari-hari.
LEMBAR
PENGESAHAN
Makassar, 18 Desember 2014
Asisten Praktikan
(RISKA)
(ASTRID SAFIRA IDHAM)
Lampiran 1 Bagan Kerja Penetapan Kesegaran Susu
|
|
|
|
|||||||||||
|
|
||||||||||
aaaaa
|
||||
|
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, A.,
1995, Dasar-Dasar
Biokimia, Erlangga, Jakarta.
Poedjiadi
A., 2006, Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi, UI Press, Jakarta.
Resnawati,
H., 2010, Kualitas Susu pada Berbagai Pengolahan dan Penyimpanan
(online), (http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/loksp08-70.pdf), (diakses pada tanggal 30 November 2014, pada pukul 23.30 WITA).
Setiawati, T. dan Rahayu, S., 1992, Buku Tehnik Dan
Pengembangan Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta.
Soediatami, A. D., 1987, Ilmu Gizi untuk Mahasiswa
dan Profesi jilid II, Dian Rakyat, Jakarta.
Suwito,
W., 2010, Bakteri yang Sering Mencemari
Susu, (online), (http:// pustaka.
litbang. deptan.go.id, (diakses pada tanggal 30 November 2014, pada pukul 23.30 WITA).
Comments
Post a Comment